Post sebelumnya: 2015 - New Beginning
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Dua bulan berlalu sejak aku
mencanangkan beberapa keinginan yang aku sebut “resolusi baru”. Awalnya mungkin
berjalan lancar, namun kini? Mengenaskan. Ini mungkin karena aku sudah
terkontaminasi dengan comfort zone dan hawa liburan musim semi
(-_-) Jangankan menulis blog, hanya sekadar memiliki keinginan untuk menulis
saja sudah butuh waktu dan perjuangan setengah mati (hehe). Dan akhirnya hari
yang aku tunggu-tunggu itu kini datang. Insya Allah aku siap untuk mengadu
jariku dengan keyboard kembali, yeah! *kumat
So, sebelum kondisi kumatku
menjadi lebih parah lagi, aku akan menceritakan beberapa hal serius dulu.
Setelah itu baru di akhir gila-gilaan lagi hehe *peace.
Alhamdulillah tanggal 12
Februari lalu aku dan sahabatku, Lia, dinyatakan diterima sebagai mahasiswa
baru di Tokyo University of Foreign Studies (TUFS) \(^o^)/. Aku dan Lia
sama-sama jurusan B. Jepang. Dengan ini, resmilah sudah bahwa kemungkinan besar
aku akan selalu bersama Lia hingga insya Allah empat tahun ke depan. Malah
mungkin akan lebih lama lagi ya jika nanti bisa lanjut ke jenjang yang lebih
tinggi (aamiin!). Selain itu, fakta lain yang menunjukkan bahwa kami akan
sering bersama adalah: tempat tinggal. Beberapa hari setelah pengumuman, aku
dan Lia ditawari untuk melanjutkan tinggal di asrama oleh pihak univ. Tapi
berdasarkan saran dari senpai (kakak kelas), lebih baik kami tinggal di luar asrama
saja. Karena pertama, asrama yang bisa kami tempati, biaya per bulannya bisa
dibilang cukup mahal. Dua, kami dibatasi bisa tinggal di sana hanya dua tahun
saja. Tiga, oleh karena itu, jika tinggal di asrama, pada tahun ketiga kami
harus pindahan lagi. Dengan alasan-alasan ini makanya kami memutuskan untuk
pindah ke apartemen saja, hihi :D
Kami memutuskan untuk tinggal
berdekatan, karena berdasarkan pengalaman awal tahun kemarin, perlu
pertimbangan juga dalam menanggapi rasa sepi alias homesick, dan agar bisa menjalankan beberapa aktivitas seperti benlanja
kebutuhan pokok bersama. Walaupun aku bilang akan tinggal di apartemen, tapi
jangan bayangkan seperti apartemen-apartemen di Indonesia yang notabene untuk
kalangan menengah ke atas lho ya. Di Jepang, apartemen itu bisa dikatakan
seperti rumah susun. Tentu saja, ada apartemen yang sudah kumuh, ada juga yang
masih bagus. Yang masih bagus biasanya bangunan baru, yang sudah dilengkapi
dengan beberapa keunggulan dibandingan dengan bangunan lama, seperti konstruksi
gedung yang tahan gempa. Tapi kalau yang sudah kumuh, mau sekumuh apapun itu,
aku yakin sebagian besar orang Indonesia yang tinggal di sini juga setuju
denganku bahwa tidak akan ada yang sekumuh rumah susun yang ada di Indo (maaf >.<
).
Di sini, kalau suatu barang
diperjualbelikan, pasti sudah memenuhi standar minimal alias masih layak untuk
digunakan kembali. Begitu juga dengan apartemen dan bangunan lainnya. Di jalan
aku sering menemukan rumah-rumah atau apartemen yang sudah sangat sangat kumuh,
tapi sepenglihatanku itu biasanya sudah tidak berpenghuni. Aku pikir ya tentu
saja, bagi negara maju seperti Jepang yang kualitas hidup orang-orangnya sudah
lebih tinggi dibandingan negara berkembang, tentu saja kebutuhan akan barang
dan jasa yang layak akan lebih tinggi juga (hehe jadi berasa ngomongi pelajaran
ekonomi). Walau begitu, perlu diketahui bahwa bahkan di negara seperti Jepang
sekalipun, masih ada orang-orang yang homeless.
Dan nahasnya, orang-orang yang hanya beralaskan kardus untuk tidur dan
mengenakan satu lapis baju kumuh untuk pakaian sehari-hari dapat aku temukan di
pusat kota, di daerah seperti Shinjuku yang identik dengan tempat-tempat
perbelanjaan fashion ternama.
Balik lagi ke cerita
akademik, awal Februari lalu, aku dan siswa-siswa di sini disibukkan oleh short essay dan laporan. Di semester
akhir di sekolah bahasa Jepang ini, jumlah jam pelajaran di kelas dan jenis
mata pelajarannya bisa dibilang sedikit. Kami harus lebih fokus untuk
mengerjakan laporan di kamar masing-masing (atau terserah di manapun). Waktu
yang diberikan untuk menyelesaikan dua laporan (b. Jepang dan politik-ekonomi)
ini pun terbilang cukup lama. Sekitar satu bulan lebih ‘hanya’ untuk menulis
masing-masing 4000 kata, atau setara dengan empat halaman. Tapi dalam b. Jepang
tentunya :) Temanya pun bebas sesuai dengan minat sendiri. Sayangnya, keluangan
waktu membuatku entah mengapa tak kunjung bisa mengerjakan laporan
dengan segera. Dan hey, bung! Kenapa ide tak kunjung juga datang tatkala
deadline pengumpulan semakin dekat? (ToT) Sejujurnya, aku tidak suka dengan jurus
“the power of kepepet”, tapi nampaknya
jurus ini memang benar-benar efektif.
Satu minggu sebelum
pengumpulan, setelah laporan yang coba aku tulis selama satu bulan dinyatakan masih
belum benar oleh sensei (guru) karena suatu hal, aku harus menulis kembali mulai
dari awal, dari kalimat pembuka. Dua setengah hari lamanya aku lengket duduk di
depan notebook, dan... alhamdulillah, selesai!!! Dan hanya perlu dua kali cek
saja untuk dinyatakan oleh sensei bahwa laporanku sudah tidak ada masalah lagi.
I think it was really a miracle (*_*). Aku tidak pernah bisa percaya diri dalam
hal seperti menulis, apalagi ini harus memakai bahasa lain. Tapi syukurlah
laporan bisa terselesaikan. Entah ini berita buruk atau bukan, tapi mulai
sekarang aku fix akan banyak
berhadapan dengan baca-tulis. Mau tidak mau, aku ―yang menurutku― belum terbiasa dengan dunia
seperti ini kelak harus menghadapinya. Hiks, semangkA! (ToT)
Dua hari setelah mengumpulkan
laporan, kami diharuskan melakukan presentasi perihal laporan yang kami tulis.
Tapi karena isi materinya adalah semua yang sudah kita tulis, jadi aku rasa tidak
terlalu menghabiskan energi seperti waktu membuat laporan. Masing-masing siswa
harus melaksanakan presentasi di kelas. Di kelasku, laporan yang ‘sebegitu
panjangnya’ harus bisa dipresentasikan selama 10 menit, sudah termasuk
tanya-jawab selama 2 menit saja. Kami cukup kerepotan karena harus memangkas banyak
bagian dari laporan kami. Dari tiap-tiap kelas, akan dipilih satu orang untuk
menjadi wakil dari kelas dalam mempresentasikan laporannya di acara presentasi
gabungan. Dari kelasku terpilih salah seorang yang berasal dari Brazil dengan
tema ‘mesin waktu’.
Ternyata perjuangan untuk
lulus tidak cukup sampai di situ, kami masih harus menghadapi UAS. Tapi
untungnya, jumlah mata pelajaran yang diujiankan lebih sedikit dibandingkan
semester kemarin. Begitu pula bobot materinya. Alhamdulillah, sepertinya pihak
sekolah sangat meringankan beban kami hehe. Lagipula tanggung jawab ‘mereka’
untuk menyerahkan nilai kami yang akan dipergunakan untuk melanjutkan ke
universitas juga sudah diselesaikan. Semester sekarang dan kemarin memang benar-benar
berbeda 180°, dari yang super sibuk dan jadwal dangat padat, jadi penuh dengan
libur dan kelenggangan waktu. Walaupun sebenarnya terlihat nyantai, tapi sebenarnya ada beban laporan di baliknya. Mengenai
nilai, insya Allah tidak perlu khawatir. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, nilai UAS kali ini ‘hanya’ berpengaruh untuk nilai semester
sekarang dan nilai keseluruhan ‘saja’. Nilai keseluruhan dipergunakan untuk
menentukan kelulusan, dan tiap mata pelajaran ketentuannya berbeda. Walaupun
bisa dibilang suasana semester kali ini sangat mendukung kami untuk santai dan
bermalas-malasan, apalagi ditambah dengan faktor bahwa nilai ujian kali ini tidak
akan berpengaruh terhadadap kelulusan universitas, tapi ternyata semua tetap
semangat dan tidak menganggap enteng UAS (*o*).
Tiga hari lamanya kami
melewati UAS, dan seperti betis yang baru saja terlepas dari ikatan tali
tambang di iklan obat salep counterpain, kami merasa bebas dan legaaa (hehe).
Semua tugas kami terselesaikan sudah. Kecuali... bagi orang-orang yang harus
tampil presentasi sebagai wakil dari kelasnya pada acara presentasi gabungan,
dan bagi yang masih harus menghadapi ujian wawancara ke universitas yang
dituju. Dari pembagian hasil UAS sampai ke presentasi gabungan ada jeda waktu
selama dua minggu, dan selama itu juga aku membangkai terus di kamarku
tercinta, yang dalam waktu dekat ini akan aku tinggalkan untuk selamanya,
karena aku tidak akan pernah bisa menempatinya lagi, hiks. Nah gini nih
masalahnya kalau sudah liburan. Giliran sedang sekolah, sedang sibuk-sibuknya,
selalu menginginkan liburan. Tapi ketika liburan itu telah datang, malah jadi
tidak berdaya saking tidak adanya hal yang bisa dilakukan. Maksudnya, ingin refreshing atau jalan-jalan ke luar, tapi
kepentok kondisi keuangan. Atau banyak hal-hal ‘sepele’ lainnya yang bisa jadi
faktor penghambat, seperti rasa malas bergerak alias mager, pewe, kobe, atau
apa pun lah itu istilahnya, dan cuaca. Ya, musim dingin itu penuh dengan ilusi,
karena langit sering mendung. Misal setelah subuh tidur lagi, bangun jam delapan, lihat ke arah balkon,
memandang langit yang kelabu, “Oh masih pagi”, terus lanjut tidur lagi.
Selanjutnya bangun entah jam berapa, lalu lihat ke arah balkon, “Oh masih pagi,
masih kelabu...” pas lihat HP, “Oh my God udah jam 11?!”. Ya, tiap hari selalu
ada drama-drama mini yang aku ciptakan sendiri karena nasib tidak punya modal
untuk kemana-mana. Hawa dingin di luar luar pun seperti meyakinkanku untuk
tidak keluar, sementara kamar tercinta menawarkan sejuta kehangatan yang
sebenarnya bukan tanpa pamrih. Tiba-tiba begitu mengecek tagihan listrik...
hanya bisa tersenyum sinis. Belum lagi tubuh ini, yang seringnya walau pun
perut sudah diisi, tetap merengek-rengek minta diberi asupan baru. Alhasil,
angka yang tertera di timbangan hanya menjadi bahan keluhanku tiap hari,
sementara tidak ada satu pun usaha dariku untuk menanggapinya. Benar-benar
sempurna liburanku kali ini. Iya, sempurna untuk menggemukkan badan haha...
Udah ah, aku sensitif kalau
soal yang satu ini (*siapa juga yang minta aku lanjut cerita tentang ini ya?
Hehe). Aku langsung skip saja ke cerita presentasi gabungan. Sebagai perwakilan
dari kelas, selain harus ada orang yang bertugas sebagai penyaji presentasi
utama, harus ada juga wakil sebagai penyaji presentasi poster dan pembawa acara
(MC). Dari kelasku, temanku yang berasal dari Thailand bertugas
mempresentasikan short essay yang dia tulis mengenai robot dengan menggunakan
poster. Sementara untuk pembawa acara, dilakukan oleh temanku yang berasal dari
Malaysia. Asalnya hanya dia seorang saja, tapi beberapa hari sebelum presentasi
gabungan, aku dihubungi wali kelasku dan memberitahukan aku untuk menjadi MC
juga. Bagi yang akan menjadi penyaji presentasi utama, ada latihan beberapa
kali dengan wali kelas. Bagi penyaji presentasi poster, tentu saja harus mempersiapkan
dengan baik poster yang akan ia gunakan. Tapi bagi yang menjadi MC, tidak ada
persiapan khusus, berdoa sajalah hehe... Sehari sebelum hari H, dilaksanakan rehearsal di hall. Hari itu kami diberi arahan, panduan kata-kata apa saja yang
harus dipergunakan serta dijelaskan susunan acara oleh guru b. Jepang.
Malamnya, aku dan seorang temanku dari Korea mempersiapkan catatan dan latihan
sebentar bersama-sama. Esoknya, presentasi gabungan dilaksanakan. Alhamdulillah
hingga akhir berjalan lancar. Orang tua angkatku dari YWCA juga menyempatkan
datang. Itu pertama kalinya aku bertemu
lagi dengan mereka di tahun ini. Senangnya bisa beretemu kembali :)
Seminggu setelah presentasi
gabungan, ada acara jalan-jalan terakhir sebelum upacara kelulusan. Hanya satu
hari saja, jalan-jalan ke gedung pengadilan Tokyo dan pabrik salah satu perusahaan
pesawat Jepang, Japan Airlines (JAL). Di gedung pengadilan, kami harus melihat
jalannya suatu pengadilan. Kami bisa memilih, kasus pengadilan yang mana yang
ingin ditonton. Ada berbagai macam kasus seperti kekerasan, tindakan asusila,
jual-beli narkoba, dan berbagai kriminalitas lainnya. Aku memilih kasus
kekerasan, karena pengadilannya bisa langsung dimulai tanpa harus menunggu ketika
itu. Pengadilan berjalan dengan tertib selama satu setengah jam. Baru kali ini
aku melihat pengadilan yang sesungguhnya. Tapi aku rasa ketentuannya tidak
berbeda dengan pengadilan di tanah air (ya iyalah). Pengalaman baru yang bisa
dibilang menyenangkan. Sayangnya, saking “asyiknya”, suara-suara perdebatan
telah sukses membuatku sempat memejamkan mata selama beberapa puluh menit.
Sehabis melihat pengadilan
dan makan siang, kami menempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan
bis menuju pabrik JAL. Lokasinya berada dekat dengan bandara Haneda, bandara
yang ternyata telah mencatatkan rekor sebagai bandara pemilik jumlah
penerbangan terbanyak tiap harinya di seluruh Jepang. Beberapa waktu silam aku juga
pulang ke Indo dari bandara ini. Begitu melihat pesawat yang sering sekali
berlalu lalang di sekitar sana, bayanganku hanya satu: pulang. Haha, kapan ya
bakal pulang lagi... (ToT) Di sebelah pabrik, ada museum JAL. Aku dan Lia, sudah menanti-nanti hal ini. Karena grup yang kami suka, yaitu
Arashi, adalah artis yang muncul untuk menginklankan JAL. Jadi kami berharap
ada goods atau hal yang berhubungan
dengan mereka di gedung ini. Ternyata benar, begitu masuk ke lobi, ada layar
televisi yang menampilkan mereka berlima. Haha, hal ini saja sudah cukup
membuat kami excited setelah tadi
lelah mendengarkan prosesi pengadilan. Bahkan ada banner yang cukup besar dari dua orang member, yang mengunggah kami
untuk foto ‘bersama’ mereka *alay mode. Selain itu, di museum terdapat beberapa
diorama sejarah perusahaan, bagian-bagian pesawat yang dibangun kembali
menyerupai ukuran asli, manekin-manekin seragam pramugari JAL dari dulu hingga
kini, dan stand tempat kami bisa
mencoba pakaian pilot dan pramugari JAL. Aku dan Lia sempat ditawarkan oleh
seorang staff JAL untuk mencoba stand ini. Lha wong seragamnya pendek, mana bisa yah? Hehe. Selain itu, sebenarnya
sangat banyak foto-foto yang aku ambil di tempat ini. Tapi sayangnya, di negara
yang sangat menjaga privasi dan lisensi seperti Jepang ini, jika kami ingin mengunggah
foto-foto tersebut di internet, tidak bisa sembarangan, harus meminta izin
terlebih dahulu. Dan itu cukup merepotkan, harus mengirim email ke pihak JAL
dan menunjukkan satu-satu foto yang ingin kita unggah. Sayangnya karena aku
tidak serajin itu, jadi aku memutuskan tidak mengunggahnya hehe...
Tiga hari berlalu setelah
trip satu hari di dalam kota Tokyo. Akhirnya, acara yang entah dinanti atau
tidak kedatangannya (lho?!) berlangsung juga: upacara kelulusan. Ada banyak siswa
dari berbagai program yang lulus dari sini. Total siswa yang lulus tahun ini lebih
dari 100 orang dari berbagai negara. Karena banyak, jadi dari tiap program
masing-masing hanya satu perwakilan saja yang harus maju ke atas panggung untuk
menerima surat tanda lulus, dan satu orang lagi untuk menyerahkan surat
pesan-kesan. Dari programku yang maju adalah seorang temanku dari Indonesia dan
Thailand. Upacara formal yang mendatangkan perwakilan dari pihak kementrian
pendidikan Jepang, keduber, dan pihak-pihak formal lainnya ini berlangsung
selama sekitar 1 jam. Setelah selesai, kami pindah ke cafetaria kampus untuk
menghadiri pesta perpisahan. Guru-guru b. Jepang yang selama ini mengajar kami
juga turut hadir. Kami disuguhi berbagai makan yang terlihat lezat seperti
sushi, ayam goreng, dll. Tapi berdasarkan hasil pengamatan, yang bisa aku makan
dari itu semua hanyak tiga jenis saja. Seperti pengalaman-pengalaman
sebelumnya, aku dan beberapa teman muslimku yang lain terpaksa harus memishkan
diri dari yang lain dan duduk di pinggir ruangan untuk makan. Biasanya yang
lain makan dengan berdiri dan sambil mengobrol dengan yang lain. Tapi yah mau
bagaimana. Inilah salah satu alasan juga kenapa aku tidak bisa menikmati pesta
yang ada di Jepang.
Di pesta perpisahan ini,
beberapa orang temanku, termasuk yang dari Indonesia, menampilkan sebuah
pertunjukan. Mereka menyanyi medley
lagu-lagu barat dan Jepang. Selain itu, dua orang teman sekelasku, wali
kelasku, dan seorang guru JLC juga mempersembahkan sebuah pertunjukan. Wali
kelasku yang pandai menyanyi ini menjadi vokalis, dan yang lain bertugas memainkan
alat musik. Sejujurnya, pertunjukkan awal terasa begitu meriah dan
menyenangkan, tapi di akhir, agak sedih karena disuguhkan lagu yang mellow. Terutama lirik lagunya itu
lho... Setelah pertunjukan selesai dan makanan sudah habis disantap, lanjut ke
acara foto-foto. Secara formal, anggota tiap kelas maju ke depan untuk berfoto
bersama. Sementara yang belum mendapat giliran, boleh berfoto ria bersama teman
dan guru yang lain. Tidak terasa berarti sudah sebelas bulan berlalu sejak kami
datang ke Jepang dan menghadiri pesta penyambutan. Sekarang semua harus
terpisah-pisah dan menghadapi kehidupan baru. Semangat!
Sehari setelah pesta
perpisahan, ada satu acara perpisahan lagi yang harus aku lewati: liqo. Tiga
orang teman liqo-ku dari D3 harus pergi ke kousen (sekolah) mereka yang baru,
ke tempat yang berbeda-beda di luar Tokyo. Sebelum beberapa anggota grup kami
akan pergi, kami mengadakan beberapa kegiatan khusus yang belum pernah
dilakukan sebelumnya: takoyaki party dan tukar kado. Liqo kali itu, walaupun
sedih, sangat sangat menyenangkan, dan insya Allah tidak akan pernah
terlupakan! Selain itu, entah akan bisa terlaksana atau tidak, karena di sekitar
kousen mereka tidak ada liqo atau perkumpulan muslim resmi lainnya, jadi kami akan
mengusahakan untuk liqo jalur skype. Insya Allah ada jalan kalau ada keinginan,
usaha, dan doa :) Oya, esoknya juga ada
satu lagi acara perpisahan dari PMIJ (komunitas Persaudaraan Muslim
Indonesia-Jepang). Di acara perpisahan ini, jumlah orang yang hadir tidak sebanyak
waktu acara penyambutan ketika kami awal datang musim semi lalu. Mungkin karena
faktor mendadak, kurangnya penyebaran informasi, dan liburan semester.
Sekarang, sudah beberapa hari
berlalu sejak masa-masa perpisahan. Aku yang terus menunda-nunda untuk menulis
semua pengalaman ini sebenarnya cukup kerepotan juga. Aku jadi tidak bisa
cerita secara detail, karena keterbatasan ingatan, energi, dan faktor utama
adalah: kemalasan dan mood (hehe). Capek ya, walau ‘cuma’ nulis segini ‘aja’. Tapi
semoga selanjutnya bisa lebih baik deh hehe (ujung-ujungnya pasti gini). Atau
mungkin, aku memang harus mengandalkan the
power of kepepet? ^^
Tiga hari lagi aku akan
pindah ke tempat tinggal baru. Dari sini ke tempat baru menempuh waktu kurang
lebih 20 menit dengan berjalan, itu juga kalau full speed. Ada pilihan untuk memindahkan barang-barang dengan
menggunakan taksi karena barang yan bisa dibilang cukup sedikit tidak perlu
harus dipindah dengan menggunakan jasa perusahaan angkutan untuk pindahan. Tapi
aku sejak jauh-jauh hari, kalau bisa ingin memindahkannya sendiri satu-satu,
berjalan menggunakan troll dorong,
karena pada dasarnya aku suka berjalan dan jalan-jalan :) Kalau cuaca cerah dan
suhu mendukung, insya Allah akan aku jalankan sesuai rencana. Walau dikata
pindahan tinggal hari lagi, tapi aku sama sekali belum ada persiapan khusus.
Aku rasa mengemas barang bisa dilakukan dalam sehari, jadi beberapa hari ini
aku habiskan dengan bersantai saja hehe.
Oya ngomong-ngomong tentang
liburan, aku sejak beberapa hari lalu sering tertegun di depan laptop, menonton
video NEWS. NEWS ada grup yang paling aku suka sejak SMP. Rencananya, hari
Minggu minggu depan aku akan menonton konser mereka di Sapporo. Hah, Sapporo?!
Iya, itu di Hokkaidou. Ceritanya bakal panjang kalau kalau aku harus
menjelaskan kenapa aku menonton sampai ke Hokkaidou. Tapi semoga di post
selanjutnya aku bisa menceritakannya secara lengkap :D Yang pasti, pikirankku
akhir-akhir ini hanya diisi oleh mereka berempat. Nampaknya aku sudah sudah
tidak sabar untuk bertemu orang-orang yang aku suka sejak dulu. Entah mengapa
rasanya kangeeeeeen banget sama mereka! (*kayak yang udah pernah kenal dan ketemu aja hihi). Can’t wait to see them soon! (≧▽≦)
Mungkin cukup sekian post
kali ini. Semoga aku bisa terus update
post baru, dan semoga besok pindahan dilancarkan tanpa luka atau kendala
apa pun, aamiin! Hehe.
Barakallah, kak :) Selamat menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswi yang sebenarnya (?) :D
BalasHapusTerima kasih! ^_^
HapusAnytime :) Kak, boleh minta email? :D
HapusDiantara blog yang lain, ini blog pertama yang bener2 lebih memotivasi diri ku.
BalasHapusAku harap blog nya terus update >. <
ifaaaaaaaa sertain foto-fotonya donk!!
BalasHapusga kangen aku niih? xD
semoga aktif terus ya ngepost blog nyaa..