Selasa, 21 Juli 2015

Empat Bulan Vacuum & Ramadhan



Post sebelumnya: The End of WinterTerm
Bismillaahirrohmaanirrohiim...


Welcome, summer 2015 (^_^)

Empat bulan.
Iya, ternyata sudah empat bulan berlalu sejak aku “menghilang” dari dunia blog. Dan hal pertama yang aku pikirkan dari kejadian ini adalah perasaan menyesal akan hilangnya kesempatan untuk menulis banyak pengalaman yang belum sempat aku ceritakan. Lagi-lagi aku harus menyayangkan diriku yang harus menulis berbagai cerita dalam satu waktu. Entah itu untuk yang membaca blog ini maupun untuk diriku sendiri, ada banyak sekali pengalaman yang sangat berharga yang aku rasa seharusnya aku tulis di sini, agar berbagai kenangan itu tidak sia-sia, hilang ditelan waktu, atau terlupakan dari ingatan. Entah untuk menjadi memori pribadi, atau hanya untuk sekadar berbagi pengalaman.

Baiklah, mungkin sudah cukup introspeksi dirinya. Yang penting sekarang selesaikan dulu ya menulis post satu ini ^^ Sebelum memulai cerita, aku ada ketetapan baru, yaitu menuliskan tema lagu untuk setiap post. Insya Allah mulai dari sekarang. Aku senang sekali mendengarkan musik, terutama lagu-lagu Jepang, sampai-sampai salah satu slogan hidupku adalah “no music no life” ^^ Rasanya setiap bulan pasti ada saja lagu-lagu baru yang aku suka dan aku dengarkan terus-menerus. Baiklah, kalau begitu untuk tema lagu post kali ini ada dua, yaitu “ロマンスがありあまる” dan “私以外私じゃないの” dari penyanyi yang sama, yaitu “ゲズの極み乙女”.  Bagi yang ingin tahu cara baca dan arti dari kosakata-kosakata ini, silahkan tanya Mbah Google yaa, hehe... Karena yang lebih penting adalah menyelesaikan menulis post ini dulu, yeah! (*o*)

Berhubung buanyaaaaak sekali pengalaman yang ingin aku ceritakan, aku mulai dari kejadian yang baru saja aku alami akhir-akhir ini. Di blog sebelumnya, aku menuliskan bahwa aku ingin sekali menceritakan mengenai pengalamanku menonton konser NEWS, grup yang aku suka. Tapi karena yang ingin aku ceritakan mengenai hal itu pasti banyak sekali, jadi aku skip saja dulu hehe. Insya Allah akan aku usahakan untuk menulisnya di post-post setelah ini. Bagi yang sepertinya akan merasa akan geli (baca: muak) dengan hal-hal seperti fangirlingan, silahkan nanti yang itu diskip saja karena aku jamin, ke-alay-annya akan melebihi 100%! Haha...

Baiklah, mari kita masuk ke inti. Pertama, mengenai evaluasi ramadhan. Bagaimana ramadhan-ku di negeri sakura untuk tahun kedua ini? Ehm, sebenarnya ini agak sensitif, dan aku pun tidak begitu mengerti haruskah aku menceritakannya di sini. Dan berhubung ini hal privasi, izinkan aku untuk menceritakannya hanya mengenai kondisi alam dan situasiku ketika itu, hehe.

Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, bulan puasa tahun ini datang di musim panas. Di Jepang, musim panas biasanya jatuh pada bulan Juni sampai dengan Agustus, selama tiga bulan. Tapiiiii... entah mengapa tahun ini berbeda. Kondisi cuaca dan alam berubah. Gejala keanehan itu sudah terlihat sejak awal Maret, dimana musim dingin yang seharusnya selesai di bulan Februari tetap datang menghantui sampai sekitar pertengahan Maret. Walaupun dibilang musim dingin, tapi mengenai turun atau tidaknya salju tergantung dari daerah itu sendiri. Setiap daerah berbeda. Banyak orang yang bilang bahwa Tokyo adalah tempat yang jarang turun salju. Kalau pun turun, hanya sedikit. Sementara itu, di bagian Jepang yang lain yaitu di prefektur Aomori atau Hokkaidou yang berada di bagian utara Jepang, jangan ditanya, saljunya turun banyak sekali sampai-sampai bisa menumpuk setinggi dua belas meter (-_-).

Balik lagi ke Tokyo, berdasarkan cerita dari guru-guru dan hostfamily-ku (karena waktu itu aku belum berada di Jepang), tidak seperti biasnya, tahun lalu salju turun banyak di sini selama beberapa hari sampai-sampai tumpukkannya mencapai setinggi betis orang dewasa. Tapi walaupun begitu, ia tetap turun tepat waktu, yaitu pada bulan Februari awal, dan akhir Februari saljunya sudah berhenti turun. Lalu Maret, ya sesuai jadwal sudah masuk musim semi, di mana bunga-bunga sakura mulai mekar (oh iya, perlu diketahui juga bahwa jenis bunga sakura itu ada banyak, dan mereka mekar di waktu yang berbeda, sesuai jenisnya).

Tapiiii... tahun ini berbeda. Benar-benar berbeda. Awal Maret, hawa dingin masih saja menusuk raga, dan yang lebih parah, ketika bunga-bunga sakura sudah mulai mekar, salju masih tetap turun! Katanya tahun ini adalah tahun pertama ada fenomena seperti itu. Salju tetap turun di saat bunga sakura sudah mulai bermekaran. Fenomena ini disebut dengan “雪ざくら” (yukizakura). Yuki berarti salju, dan zakura adalah sakura. Di satu sisi bahagia banget bisa lihat fenomena langka seperti ini, tapi di satu sisi... dingiiin, ga kuat (>_<) Jadi ingat waktu dulu sebelum datang ke Jepang, aku sempat bilang ke tanteku yang dulu pernah tinggal di Jepang seperti “memang sedingin apa sih sih musim dingin? Bisalah, kuat...”. Euh kalau udah ngerasain sendiri mah... jangan harap bisa berkata seperti itu lagi. Karena yang di luar dugaan, musim dingin itu tidak hanya soal suhu, tapi angin! Dan angin inilah masalah terbesar alias biang kerok dari penderitaan di musim dingin. Pernah dengar kata-kata “tertusuk angin”? Yah, kira-kira itulah penamaan yang tepat bagi penderitaan ini. Mungkin terdengar lebay, tapi percayalah, hal itu benar adanya. Jika sekalinya bagian tubuh kita yang tidak tertutupi pakaian penghangat (seperi telapak tangan) terkena angin tersebut, ujung-ujung jari akan terasa beku dan sangat sakit akibat rasa dingin yang berlebih. Jangankan yang tidak tertutupi, tanganku yang sudah aku pakaikan sarung tangan pun sebeanarnya di dalam tetap saja menggigil kedinginan (T_T).


Yukizakura
(sumber: Google, karena tidak punya foto pribadi hehe)

Balik lagi ke cerita musim panas, karena alasan penyimpangan cuaca tadi di atas, maka musim-musim setelahnya pun jadi ikut berubah. Musim panas tahun ini datang lebih cepat dari pada biasanya, dan aku juga tidak tahu apakah musim panas yang lebih awal ini juga akan diikuti oleh musim panas yang berkepanjangan. Hawa panas yang seharusnya dijadwalkan datang pada bulan Juni sudah terasa sejak Mei. Sementara itu, ramadhan tahun ini jatuh pada pertengahan Juni s.d Juli. Jadi pasti sudah terbayang kan, frekuensi panas yang seperti apa yang harus aku lalui selama bulan puasa kali ini? (T_T) Berdasarkan aplikasi cuaca di handphone, beberapa hari ini suhu menunjukan di angka 34°C, tapi kalau mengecek lagi info yang tertera di bawahnya: feels like 36°C. Ohahaha... hanya bisa tertawa aja baca ini, diikuti dengan kata “pantesan...” (-_-) tapi alhamdulillah ga sampai 40°C, walaupun ga ngerti juga sih, hawa panas bulan Agustus nanti (yang biasanya adalah puncak musim panas) bisa mecapai suhu berapa... Ketika di kamar, buka jendela salah (karena percuma, angin yang tertiup pun sama-sama panas). Tapi mau pakai AC juga salah (mikirin nasib biaya listrik). Yah haha, “nikmatin” aja kali ya. Toh musim panas di sini biasanya “cuma” tiga bulan (-_-)a

Balik lagi ke ramadhan, jadi aku harus menjalani puasa di tahun ini dengan kondisi cuaca yang seperti itu. Lalu mengenai situasi kuliah... Sayangnya ketika itu aku sedang masa-masa pengumpulan tugas dan ujian, jadi aku rasa tidak sedikit waktu yang harus aku alihkan untuk menyelesaikan semua tugas-tugas dan persiapan belajar. Karena faktor kesibukan itu jugalah, bulan puasa kali ini pun jadi terasa lebih cepat berlalu... (T_T) Tiba-tiba kalender sudah menunjukkan tanggal 17 Juli, ya Idul Fitri, ditambah tiga laporan yang belum diselesaikan.  Di hari lebaran, sama seperti tahun lalu, Aku dan sahabatku, Lia, pergi untuk shalat Ied ke SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo). Selepas shalat Ied, ada acara ramah-tamah (baca: makan-makan gratis) yang diadakan oleh kedubes Indo, lokasinya tidak jauh dari SRIT dan kantor kedubes, sama seperti tahun lalu.


Suasana Idul Fitri di SRIT

Wajarlah anak rantau, kadang suka sepi ketika tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga. Tapi alhamdulillahnya, tahun ini agak berbeda dengan tahun lalu. Walaupun pada kenyataannya kami terpisah berjuta-juta kilometer dari Indonesia, tapi di acara ramah-tamah itu tidak bergitu terasa, bahkan kami merasa tidak sedang berada di Jepang (haha). Karena, selain di sekitar hanya ada orang Indonesia, apalagi kalau bukan satu hal ini: makanan. Tahun lalu, di acara ramah-tamah tersebut kami mendapatkan makanan berupa bentou (makanan kotak)., tidak ada masakan khas lebaran. Berbekal dari pengalaman itu, kami pun jadi tidak terlalu berharap untuk tahun ini. Toh sudah bisa dapat makanan Indonesia secara gratis sudah alhamdulillah banget. Taunya... Di luar dugaan! Masakan-masakan yang dihidangkan tahun ini sangat-sangat melebihi ekspektasi! (lebay mode: on) Ada lontong, kerecek, sayur nangka, telur balado, ayam goreng kuning, dan yang paling mantep: kerupuk! Hahaha... Ups maaf alay.  Rasanya sudah lamaaaa sekali tidak merasakan masakan lebaran yang enak seperti itu. Kalau mau diusahakan mungkin bisa masak sendiri, tapi... sayangnya rasa malas mengalahkan semua keinginan itu hehe. Lalu yang paling membuat terasa sekali bahwa hari itu lebaran adalah, apa lagi kalau bukan kue lebaran! Tahun lalu, beberapa hari setelah lebaran aku sempat dikirimi beberapa kue lebaran oleh ibuku. Tapi sayangnya tidak sedikit yang kondisinya sudah tidak layak makan (sampai ngeri sendiri kalau ingat-ingat lagi wujudnya). Tapi tahun ini, salah satu sahabat (dan bisa dibilang senpai juga mungkin?) yang seangkatan denganku, kak Rafa, datang membawa kue-kue lebaran. Ketika itu keluarga kak Rafa sedang berkunjung ke Jepang, dan kami bertemu dengan mereka di acara ramah-tamah. Rupanya kak Rafa datang ke sana membawa kue-kue lebaran yang dibawakan oleh orang tuanya. Jadi, setelah makan masakan khas lebaran, kami bisa langsung menyicipi kue lebaran. Sungguh, kebahagian hari raya... (ToT)

Setelah menghabiskan makanan, aku dan Lia “mampir” sebentar ke Harajuku (*salah fokus).  Di Harajuku, setelah lebih dari satu tahun kami bermukim di negeri sakura, akhirnya kami bisa debut ke “Takeshita Doori”, sebuah jalanan yang sangat sangat terkenal di Harajuku! Dulu ketika awal-awal datang ke Jepang, kami pernah berencana untuk mengunjungi jalanan ini, tapi belum kesampaian terus, akibat buta arah dan keterbatasan waktu (-_-)a. Takeshita Doori adalah sebuah jalan dimana terdapat banyak toko-toko baju, aksesoris, dll yang terkenal dengan fashion Jepangnya. Yang aneh-aneh itu lho *ups. Tidak sedikit orang yang berdandan seperti tokoh anime (cosplay), maid atau butler, dll. Pokoknya gaya-gaya khas Harujuku yang sering kita lihat di media sosial dan buku-buku travel Jepang. Nah terus ini ngapain dua orang berkerudung nyasar ke jalanan maniak kayak gini? Haha kita ga beli apa-apa kok, ga ngapa-ngapain. Hanya jalan-jalan, mencari suasana baru hehe... Sebenarnya seperti inilah salah satu cara kami menghilangkan penat dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari yang simple seperti muter-muter di dalam supermarket alias window shopping (liat-liat doang, belum tentu beli hehe), “mampir” ke toko kue atau cafe, karaoke, sampai menjejakkan kaki ke tempat-tempat baru yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya ^^

Takeshita Doori

Naaaah... jadi intinya seperti itulah kondisi bulan puasa dan lebaran yang aku lalui di sini kali ini. Walau pun rasanya lebih banyak hal sampingannya dibandingkan cerita utamanya yang aku tulis di sini, tapi semoga bermanfaat dan ke depannya bisa lebih fokus ya, hehe... Bisa dibilang post kali ini adalah pemanasan setelah empat bulan vacuum dari dunia penulisan (-_-)

Mungkin sekian dulu post-ku kali ini. Insya Allah di post selanjutnya aku akan coba menulis mengenai topik yang mungkin paling dinanti-nanti di kalangan pelajar Indonesia: “Gimana rasanya kuliah di Jepang?”. Karena aku sudah mulai libur kuliah dan sudah terbebas dari tugas, Insya Allah aku usahakan tulis tidak lama setelah post ini di-publish, dan kalau bisa, aku akan coba tulis secara detail, baik mengenai teman-teman orang Jepang, sampai mata pelajarannya.

Yosh, semangat ya bagi yang masih kuliah atau ujian! Dan selamat menikmati liburan bagi yang sudah libur! Semoga hari-harimu selalu menyenangkan ^^

Ganbarou! 頑張ろう!

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Blue Sky

1 komentar: