Kamis, 08 Januari 2015

2015: New Beginning



Post sebelumnya: Penghujung 2014
Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Angin dingin behembus dengan kencang, membawa gemuruh di setiap nafasnya. Sang fajar tak mau kalah, datang dengan bilangan empat digit di bawah nol derajat. Kira-kira beginilah gambaran cuaca di ibu kota negara mata hari terbit pada awal tahun 2015 ini. Udara dingin dingin yang selalu mencekam tiap hari, sampai-sampai membuat bulu kuduk berdiri bila tidak menyalakan penghangat ruangan.

Liburan musim dingin baru saja berlalu, dan sebagian besar aku habiskan di tanah air. Apa?! Tanah air? Yaaa... begitulah. Aku yang ketika awal datang ke Jepang bersikukuh untuk tidak pulang pada tahun pertama,  tanpa diduga-duga akhirnya memutuskan untuk pulang juga... Apa dikata, ternyata rasa rindu pada si kecil (baca: sepupu) tidak mampu untuk kubendung lagi. Sungguh, alasan yang benar-benar tidak diduga.

☆☆☆

Hahaha, udah ah, capek nulis paragraf pengantarnya pakai kalimat yang gaya bahasanya ala novel picisan (walaupun masih berantakan XD). Jadi, sehari setelah libur musim dingin dimulai, aku dan sahabatku, Lia, pulang bersama ke Indonesia. Karena naik pesawat pukul satu dini hari, aku san Lia harus berjuang untuk membawa koper dan barang bawaan lainnya di tengah udara dingin bersuhu kurang dari sepuluh derajat celcius menuju bandara. Malam sekitar pukul setengah delapan, perjalanan kami dimulai. Kami berjalan menuju stasiun terdekat, menaiki kereta commuter, lalu ganti kereta sekitar tiga kali, naik-turun stasiun dengan menggunakan elevator (karena membawa koper yang ‘cukup’ berat), dan terakhir, menaiki monorail yang langsung terhubung dengan bandara internasional kedua di Tokyo, bandara Haneda. Dinginnya malam dan perjuangan menuju bandara kalah oleh kerinduan kami akan keluarga tercinta di tanah air. Pikiran hanya terpusat pada satu tujuan: rumah. ‘Sayangnya’, ketika aku sampai di Indonesia pada pukul tujuh keesokan harinya, aku tidak bisa langsung pulang ke kota kelahiranku, Bandung. Aku harus terlebih dahulu singgah beberapa hari di Bogor. Perkiraanku mengenai keefektifan waktu, ditambah lagi aku yang tidak dijemput kedatangannya oleh kedua orang tuaku yang tidak bisa meninggalkan kerjaan, mengharuskanku untuk melanjutkan perjalanan sendiri ke Bogor. Setelah menempuh hanya sekitar dua jam perjalanan dengan menaiki bus Damri dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, aku sampai di depan Botani Square. Padahal ‘baru’ sekitar sembilan bulan aku pergi meninggalkan kota hujan ini, tapi rasanya aku lupa-lupa ingat mengenai angkot mana yang harus aku tumpangi untuk menuju IPB Darmaga. Ya, aku akan menginap di tempat teman-temanku yang merupakan mahasiswi IPB.  Bogor ternyata masih tetap sama. Masih dengan angkot-angkotnya yang tumpah ruang di jalanan dan ‘hangat’-nya yang menyengat. Mungkin yang berbeda adalah, teman-temanku di IPB yang terus tumbuh, yang sekarang sudah menginjak tingkat dua.

Singkat cerita, empat hari aku habiskan di sana untuk berjumpa kerabat, bernostalgia, dan... memastikan perasaan (lho?!). Selama di sana, tiga hari berturut-turut aku menginap di tempat yang berbeda. Dan... sejujurnya hal itu memberikan dampak yang luar biasa bagiku. Aku ikut menginap di tempat orang-orang yang kupercaya, dan aku rasa aku mendapatkan berbagai pelajaran berharga dari pengalaman ini. Entah itu pembelajaran dari teman-temanku sendiri, atau bahkan dari lingkungan tempat tinggal mereka. Membuatku jadi berpikir akan berbagai hal, yang sayangnya tidak bisa aku ceritakan di sini. Satu hal yang pasti, aku sangat sangat bersyukur mendapat kesempatan seperti ini oleh Allah, dan aku juga sangat berterima kasih kepada mereka. ‘Pulang’ kembali ke Bogor juga membuatku merasa, ternyata masih ada orang-orang yang mengingatku, bahawa aku pernah jadi bagian dari mereka dan menjalani kehidupan bersama, juga membuatku kembali mencicipi hempasan bayangan dari masa lalu. Yang jelas, apa yang terefleksikan saat itu sangat berharga bagi diriku ke depannya, insya Allah :)

Empat hari yang singkat, sangat mengesankan namun juga memilukan (karena aku juga sudah membuat tangisan kepada salah seorang sahabat baikku. Maaf yaaa, insya Allah ketika aku pulang nanti kita harus berlama-lama ketemu! (T_T)), aku ‘akhirnya’ dijemput juga oleh kedua orang tua tercinta. Tujuan selanjutnya yang sudah lama ditunggu-tunggu: Bandung! Aku dan kedua orang tuaku sama sekali tidak memberitahukan perihal kepulanganku ini kepada keluarga juga sepupu, ingin membuat surprise ceritanya :) Malam itu, ketika aku sampai di rumah embah, kebetulan anggota keluarga lainnya juga sedang berkumpul. Dan pasti terbayangnya kan apa yang terjadi selanjutnya? Ya, gegaduhan muncul ketika aku datang. Alhamdulillah anggota keluarga senantiasa sehat walafiat, terutama sepuh yang paling ingin aku temui, embah putri :) Aku pun keesokan harinya menemui orang yang membuatku ‘terpaksa’ menggoyahkan keyakinan awal lalu kembali ke Indonesia. Dialah si “pecepam”, sepupu kecilku. Walaupun sikapnya padaku masih dingin karena ‘belum’ kenal, tapi setelah melakukan pendekatan selama tiga hari, akhirnya aku berhasil dekat dengannya  (^o^)

Alhamdulillah kepulangan pertamaku ke tanah air setelah menimba ilmu beberapa bulan di Jepang meninggalkan kesan yang sangat membahagiakan. Bisa kembali bertemu dengan keluarga, teman dekat, guru-guru SMA, dan beberapa adik kelas. Mohon maaf bagi teman-teman yang belum bisa bertemu, atau bahkan yang tidak aku beri tahu mengenai kepulanganku. Sebab aku berada di Bandung juga tidak lama, dan ketika itu sepertinya bertepatan dengan kalian yang sedang persiapan menjelang UAS. Sampai saat ini aku datang dan pergi ketika kalian menjelang atau sedang ujian :( Semoga di waktu yang akan datang, kita diberikan keluangan waktu sehingga dapat bertemu :)

Hari demi hari berlalu, dan tidak terasa waktu liburanku di Indonesia telah usai. Aku harus lekas kembali ke Jepang. Ibu sempat menangis ketika mengantarku ke bandara. Tentu saja, karena tidak akan pernah ada kata cukup untuk bertemu dan menghabiskan waktu dengan orang-orang tercinta. Kondisi cuaca yang beberapa hari itu sedang tidak baik semakin menambah rasa kekhawatiran dan berat hati bagi keluarga untuk melepasku. Begitu pula dengan aku yang harus berpisah kembali dengan mereka. Apalagi aku juga merasa telah meninggalkan sepotong hati yang ternyata masih belum bisa ‘diselesaikan’. Dengan menghempaskan berbagai perasaan itu dalam-dalam, aku dan Lia pun kembali ke Tokyo.

Ternyata ada sisi positif dan negatif dari menghabiskan liburan di tanah air. Di satu sisi, tentu senang bukan main dapat bertemu kembali lagi dengan orang-orang tercinta. Tapi di satu sisi... harus kembali menanggung sedih ketika berpisah dengan mereka. Yang paling ‘mengenaskan’, adalah ketika aku sudah sampai di kamar asrama. Sebuah gejala yang benar-benar baru pertama kali aku rasakan sejak menginjakan kaki kembali di negeri samurai: homesick. Baru kali ini aku merasakan sepi yang begitu menusuk, kekosongan yang begitu menghujam *alah. Aku harus menghadapi kesendirian lagi di kamar asrama. Ketika kehangatan keluarga sudah lenyap dan diganti dengan dinginnya udara awal tahun. Bahkan pengalaman pertamaku melihat indahnya salju yang turun tidak kunjung membuat hatiku sepenuhnya tenang. Jeda selama tiga hari di kamar sebelum masuk mulai ajaran baru tenyata cukup menyiksa batinku.
Tapi apa mau dikata. Teman-teman di sini yang lain pun pasti juga begitu. Apalagi Lia, yang sama-sama baru juga pulang ke tanah air denganku.

Walaupun kondisi saat itu (bahkan sampai sekarang sih sebenarnya hehe) bisa aku anggap mengenaskan, tapi di satu sisi yang lain ada setitik cahaya yang muncul manakala aku berpikir tentang resolusi di tahun baru ini. Sejak kepulanganku ke Indonesia, aku membuat beberapa rencana baru yang insya Allah aku usahakan untuk mencapainya. Alhamdulillah sepertinya kepulanganku yang pertama ini lebih banyak membawa banyak pelajaran dan manfaat bagiku pribadi.

Salah satunya, dulu aku sempat menulis sedang move on tentang sesuatu, dan saat itu aku yakin benar bahwa aku telah berhasil melakukannya. Tapi ternyata salah. Karena mungkin caraku juga salah. Jadi benar kata salah seorang novelis yang aku suka, Bang Tere Liye (hehe), dan kata salah seorang adik kelasku, bahwa semakin kita memaksakan untuk melupakan sesuatu, maka semakin sering pula kita akan mengingatnya. Kini, solusi dari masalahku adalah dengan menerimanya. Mungkin tidak akan lantas membuat jadi lupa (ga mungkin pernah bisa lupa malah), tapi dengan menerima, mengikhlaskan, dan yang paling penting adalah jujur kepada diri sendiri bahwa kita belum bisa move on, maka diri ini menjadi tenang dan positif, insya Allah. Aku yakin, memang semua kejadian itu ada pastilah untuk mendewasakan diri ini :)

Wah ini bahasannya jadi kemana-mana yah hahaha. Kalau begitu, terakhir aku ingin bahas mengenai nasib akademik masa depanku. Minggu pertama masuk lagi ke sekolah, kami dihadapkan pada tugas akhir berupa short essay (ini bukan skripsi alias T.A. lho ya). Bahkan bagi anak-anak IPS tidak hanya itu. Ada pula tugas laporan lainnya pada mata pelajaran ekonomi-politik (lagi-lagi matpel ini (-__-)”).  Tapi kabar lainnya, keputusan mengenai hasil universitas sudah ada! Dari pihak monbusho, alhamdulillah aku sudah ditetapkan untuk mengikuti tes ujian masuk ke univ pilihan pertamaku. Tapi berhubung univ pilihan pertamaku mulai tahun ini tidak akan mengadakan lagi ujian masuk bagi mahasiswa asing, jadi kami hanya perlu untuk mengumpulkan satu lembar formulir saja. Walau begitu, bukan berarti aku sudah benar-benar diterima di univ ini lho. Masih ada penguman akhirnya pada tanggal 12 Februari mendatang. Semuanya, mohon doanya ya...!
Bismillaahirrohmaanirrohiim, hasil keputusan univ, resolusi baru, short essay + presentasinya, semoga berjalan dengan lancar sesuai harapan, aamiin!!!

Oh iyaaa, satu lagi! Kouhai (adik kelas) yang mulai April 2015 ini akan belajar di tempatku sekarang (TUFS) hanya ada duaaa! Hmmmm, nanti bakal ada penyambutan ga ya dari para senpai (kakak kelas) yang jumlahnya bejibun ini?? Hehe lihat saja nanti ya kalau begitu, setelah para senpai sudah selesai mengurus univ mereka :D

GANBAROU~ \(>_<)/

1 komentar:

  1. PROMO DARI NABILA SAIRA SHOP UNTUK 2015 BERBAGAI TIPE HANPHONE SEPERTI . Bila berminat silahkan HUB-SMS 085-757-299-675 PIN BB 24C4A399 klik web kmi http://nabila-saira-shop.blogspot.com/
    Ready Stock! Apple iPhone 5 32GB Rp.2.800.000
    Ready Stock! BlackBerry 9380 Orlando - Black.Rp.900.000,-
    Ready Stock! BlackBerry Bold 9790 Onyx 3 Rp.1.100.000
    Ready Stock! BlackBerry Bold 9780 Onyx 2.Rp.800.000,-
    Ready Stock! Blackberry Curve 9320.Rp.700.000,-
    Ready Stock! Samsung Galaxy Core duos Rp.900.000.
    Ready Stock! Samsung Galaxy Tab 2 (7.0).Rp. 1.000.000
    Ready Stock! Samsung Galaxy S3 .Rp.2.100.000.
    Ready Stock! Samsung Galaxy Nexus I9250 - Titanium Si.Rp.1.500.000,-
    Ready Stock! Samsung Galaxy Note N7100.Rp.2.000.000.
    Ready Stock! Samsung Galaxy Note N7000 - Pink.Rp.1.700.000.
    Ready Stock! Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White.Rp.500.000
    Ready Stock ! Samsung Galaxy S5 Rp.3.100.000,
    Ready Stock ! Samsung Galaxy S4 l9500 Rp.1.900.000

    BalasHapus