Senin, 25 Agustus 2014

Me and Natsu (Part 3)



Post sebelumnya: Me and Natsu (part 2)
Bismillaahirrohmaanirrohiim...

19-21 Agustus 2014 aku homestay di Chiba. Program homestay kali ini disediakan oleh pihak sekolah, bagi yang berminat. Tadinya aku ingin sekali homestay ke Hokkaidou yang terkenal dengan keindahan alamnya itu. Tapi kalau mikir-mikir biaya lagi... hehehe engga jadi deh, makasih. Makanya aku jadi pilih homestay yang deket-deket Tokyo aja, dan akhirnya dapetnya di Chiba deh. Kalau dibandingin sama temen-temen yang homestay di daerah lain, aku yang homestay hanya 3 hari termasuk sebentar. Tapi tidak apa-apa, yang penting pengalaman + latihan B. Jepang. Toh aku juga udah pulang kampung cukup lama, 4 hari hehe... (^_^)

Mungkin cerita homestay-ku kali ini biasa saja, tapi aku ingin menceritakannya dengan cukup detail. Ibu homestay-ku, atau panggil saja beliau ‘okaa-san’, sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris dan baru pertama kali menerima orang untuk homestay di tempatnya. Memiliki dua anak laki-laki, anak sulungnya juga mahasiswa di tempatku belajar, TUFS. Mereka sudah tidak tinggal bersama lagi dengan keluarga. Otou-san (suaminya Okaa-san), tampaknya juga selalu sibuk dengan pekerjaannya, makanya jarang pulang ke rumah. Jadi selama 3 hari homestay aku hanya berdua saja dengan okaa-san. Hari pertama, hal pertama yang langsung dibicarakan adalah mengenai: makanan. Sebenarnya sebelumnya aku sudah bertukar email dengan beliau dan memberitahu bahan makanan apa saja yang tidak bisa kumakan. Tapi kali ini cukup detail. Dan selain itu, tentunya kami membahas mengenai Islam.




Pengalaman yang aku rasa tidak bisa didapat apabila ada di negeri sendiri: menjelaskan mengenai agama yang kita anut. Di negara yang muslimnya minoritas dan di antara kalangan orang-orang yang (maaf)  tidak jelas dalam memegang agama, aku sebagai penganut Islam sering menemui situasi dimana aku harus menjelaskan kepada orang-orang sekitar mengenai agamaku yang mereka anggap strict. Jujur, situasi ini benar-benar membuatku eling. Jadi bisa intropeksi diri juga kan, sampai sejauh mana kita mengerti dan menjalankan agama kita. Yah eling sih eling, tapi untuk memperbaiki dirinya itu... jujur, benar-benar tidak mudah bagiku :( *duh jadi curhat. Tapi di mana pun kita berada, sudah suatu kewajiban untuk berusaha menjadi diri yang lebih baik, dalam berbagai atau malah dalam segala hal. Harapanku di penghujung libur musim panas ini, bagi saudara-saudaraku yang muslim, mohon maaf sebelumnya, semoga kita senantiasa bisa saling mendoakan dan mengingatkan dalam hal kebaikan ya! Yoroshiku onegaishimasu!

Okey balik lagi ke cerita, pada siang hari itu anak kedua okaa-san pulang ke rumah. Sorenya, kami bertiga pergi jalan-jalan ke sungai terdekat yang sampai saat ini masih difungsikan juga sebagai kanal. Tempat ini namanya ‘Sungai Unga’ :D








Hehehe kalau dipikir-pikir lagi yah, di Indonesia mana bisa coba main-main ke tepi sungai? Mungkin sungai di sekitar perumahan yang alamnya indah dan bisa dijadikan tempat relaksasi jumlahnya bisa dihitung jari. Di Jepang, ada buanyak sekali taman dan sungai yang bersih tentunya. Kata guru B. Jepang SMA-ku, pemerintah Jepang memang sudah menyediakan jatah lahan untuk ruang terbuka hijau, dan tampaknya itu sudah menjadi suatu kewajiban. Indonesia sepertinya harus mencontoh tata kota negara Jepang yang super duper teratur ini.

Esoknya, pukul 10 pagi aku dan okaa-san pergi ke ‘Bousou no Mura’. Tempat ini adalah taman rekreasi yang menyediakan satu jalan khusus berisi bangunan-bangunan ketika zaman Edo. Beneran deh, aku bahagia banget bisa kesiniiiiiiiiiiiii!!! Karena aku penggemar berat bangunan-bangunan tua, khususnya bangunan tua Jepang dan Belanda, jadi rasanya surga banget bisa mengunjungi tempat ini (≧▽≦) Sebenarnya bangunan-bangunan di sini tidak asli sih, hanya replika yang dibuat persis seperti keadaan aslinya ketika Zaman Edo. Tapi mungkin, jika dibandingkan dengan wisata-wisata kuil sebelumnya, berkunjung ke Bousou no Mura inilah yang bikin aku bahagia. Hehehe <3 <3 <3







Semua bangunan yang berada di jalan ini adalah toko-toko yang menyediakan beragam course kerajinan, seperti menghias lilin,  melukis wajah kokeshi (boneka kayu Jepang), dll. ‘Akibat’ mempelajari sedikit seni mengecat ketika kelas 2 SMA, aku tertarik mengikuti course ukiyoe. Ukiyoe adalah seni melukis dari Jepang yang memiliki ciri khas menggunakan teknik cetak kayu.



Membuat ukiyoe


Hasil ukiyoe yang kubuat :3

Selesai dari sana, kami menuju rumah-rumah replika ketika Zaman Edo. Di antaranya ada rumah samurai dan rumah petani yang terbagi ke dalam tiga macam. Karena masing-masing rumah tersebut dapat dimasuki, aku jadi bisa sedikit membayangkan suasana kehidupan zaman Edo. Duuuuuh beneran deh tempat ini luar biasa banget pokoknya, benar-benar bikin bahagiaaa!!! (≧▽≦)





Sebenarnya lokasi Bousou no Mura ini luas, tapi karena keterbatasan waktu dan cuaca (panas banget waktu itu beneran =_=), hanya sebagian kecil saja yang bisa aku jelajahi. Fuuuh, hari yang melelahkan memang, tapi sangat menyenangkan! Kalau ada kesempatan, insyaallah ingin main ke sana lagi! Harus!! Ada yang mau bareng?? Hehe... (≧▽≦)

Esoknya, sejak pagi aku dan okaa-san sudah rusuh mempersiapkan makanan. Hari itu kami akan pergi ke rumah temannya okaa-san yang akan mengadakan acara membuat roti bersama-sama. Tapi karena perlu bawa makanan sendiri, termasuk bagian untuk di-share sama orang lain yang dateng juga, jadi aja riweuh hehe. Temannya okaa-san ini adalah seorang guru piano, sering dipanggil dengan sebutan “Kitty-sensei” (karena dia suka banget banget sama Hello Kitty (≧▽≦)). Biasanya okaa-san tidak pernah ikut acara perkumpulan memasak ini, karena yang ikut adalah teman-teman Kitty-sensei sesama guru piano. Tapi karena okaa-san tahu aku SANGAT menyukai suara piano (hehe), dan kebetulan dalam perkumpulan kali ini anak-anak para guru piano itu juga akan datang, jadi okaa-san meminta izin untuk ikut.

Pas dateng ke rumahnya Kitty-sensei... Beneran aja hampir semua barang serba Hello Kitty. Kursi, jam dinding, karpet, bahkan sampai tissue toilet pun gambar Hello Kitty!! Super sekali... #speechless
Satu persatu teman-teman Kitty-sensei beserta anaknya pun berdatangan. Setelah itu kami membuat kue stroberi yang alhamdulillah bahan-bahannya aman untuk dimakan (halal) :)


Roti Stroberi

Roti berbagai macam bentuk. Ini anak-anak yang buat! :D

Anak-anak (≧▽≦) <3

Ada satu anak laki-laki berumur 3 tahun bernama Kazuho, sumpah imuuuuuuuuuuuuuuutttt bangetttttt!!! Suaranya juga cempreng-cempreng gimana gitu khas anak kecil. Heeeeuuuuh gemesss (>O<) Sayangnya di foto di atas mukanya ketutupan tangan, jadi ga begitu keliatan :(

Setelah selesai membuat roti dan makan bersama, teman-teman Kitty-sensei pun semuanya pulang. Jadi di sana hanya bertiga dengan okaa-san dan Kitty-sensei. Atas permintaanku, Kitty-sensei pun memainkan grand piano-nya. Lagu yang sangat terkenal dari Mozart, 21 versi lagu Little Star. Pernah aku mendengarnya di Youtube, tapi baru kali ini mendengar yang sungguhan dan yang pro, lagi! Ternyata aku benar-benar menyukai suara piano. Mendengar dentingan-dentingan suara piano yang dimainkan Kitty-sensei membuatku serasa melayang, ikut mengalir bersama musik *alah. Dari kecil aku ingin mempelajari piano, tapi sayangnya sampai detik ini masih belum kesampaian. Walau begitu rasa sukaku terhadap suara piano tidak pernah berubah. Jika ada kesempatan, semoga di masa depan bisa belajar piano, aamiin! :’)



Dengan Kitty-sensei :D

Tidak disangka-sangka, Kitty-sensei yang menyukai Hello Kitty yang terkesan kawaii (imut) ini ternyata sangat tergila-gila dengan Versailles, salah satu band Visual-Kei (V-kei). Bagi penyuka band Jepang, pasti udah ga asing lagi kan denger nama band satu ini? Kitty-sensei udah berapa kali dateng ke konsernya Versailles, dan yang paling mencengangkan, beliau beruntung menjadi 1 di antara 100 fans lainnya yang bisa datang ke pesta acara-nya Camijo (vokalis Versailles)!! Wow...

Tidak sampai di situ, ternyata yang paling bikin mencengangkan...: Kitty-sensei adalah mantan fans berat grup Johnny’s, yaitu Arashi dan Tegomass!!! Apa-apaan iniiiii?! *jegeeerrr. Oh iya sekadar info, Johnny’s itu adalah suatu agensi musik di Jepang yang telah mencetak berbagai grup papan atas, seperti Arashi, NEWS, Kanjani 8, dll. Nah aku itu fans beratnya NEWS, Arashi, dan Tegomass. Sebenernya udah ga aneh sih kalau ketemu orang lain sesama fans dan member club juga, tapi masalahnya bukan itu: Sejak tahun 2012 Kitty-sensei jadi mencampakkan Arashi dkk karena mulai menyukai Versailles. Apaaaaa?!?!? Sulit untuk dipercaya... Arashi tuh bisa dibilang grup boyband no. 1 lah di Jepang saat ini, sekarang aja jumlah fans yang masuk member club paling banyak dibandingkan grup-grup yang lai. Masalahnya kasus ini aku rasa jarang sekali terjadi. Arashi gitu lho, dicampakkan karena band V-Kei Versailles??? Bukannya gimana, tapi kaget aja melihat selera yang berubah secara drastis. Super bangetlah Kitty-sensei, suka sesuatu mulai dari Hello Kitty sampai band V-kei hehe.

Nah bagaimana dengan nasib DVD, CD, dan berbagai goods grup Johnny’s yang telah susah payah dulu beliau kumpulkan?? ... Ya dijual. Dijual gitu aja (=_=) Tapi ada satu keuntungan dari hal ini. Aku jadi dikasih berbagai goods yang masih tersisa. Alhamdulillah, thanks God!!! \(ToT)/ *bahagia.

Goods dari Kitty-sensei (≧▽≦) <3

Aku ini, perasaan ga pernah jauh-jauh sama yang namanya fangirlingan. Kalau jalan-jalan (terutama kalau bareng Lia), nyari tempat-tempat yang pernah dipake syuting. Terus sekarang, ketemu juga sama mantan fans, bahkan ketimpa enaknya pula. Entah mesti bilang gimana... Pas SMA, aku ga begitu sering fangirlingan. Kalau dibandingin sama aku yang SMP, wuih jauh lah. Dulu kayaknya maniak banget hehe (*emang skarang engga?!). Selain karena grup yang paling aku suka sudah jarang berkegiatan, mungkin karena sedikit juga kali ya temen yang bisa bareng buat fangirlingan. Terus pas mulai kuliah di IPB, sempat juga berpikir untuk berhenti fangirlingan karena telah fokus ke berbagai hal. Tapi mungkin takdir berkata lain. Aku dipertemukan dengan seorang gadis bernama Lia *eeeaaaa. Mungkin kalau ga ada dia, sekarang aku udah ga akan fangirlingan lagi. Entah mesti berpendapat gimana mengenai hal ini... Aku dan Lia sama-sama memilih jurusan B. Jepang, jadi ada kemungkinan bisa masuk ke univ yang sama nantinya. Kalau bareng terus, mungkin aku benar-benar tidak akan bisa keluar dari dunia fangirling hehe... Bahkan aku juga sampai penasaran sendiri, kalau nanti udah nikah dan punya anak, aku masih bakal fangirlingan ga yaa...? Hehe...

Duh maaf jadi melenceng ke hal-hal aneh. Selain fangirling, di sini aku juga banyak dipergokin sama hal-hal berbau Indonesia. Udah berapa kali aku disapa sama orang-orang Jepang yang bisa B. Indonesia :D Di kereta, di Bousou no Mura, di lingkungan rumahnya okaa-san, dll. Hehe mungkin karena aku pake kerudung juga kali ya, selain jadi identitas muslimah, jadi identitas kewarganegaaran juga (^_^) *walaupun seringnya dikira orang Malaysia.

Singkat cerita, berakhirlah 3 hari homestayku di Chiba :D Terima kasih, okaa-san! \(^o^)/

Tidak terasa sekarang sudah penghujung musim panas. Sebentar lagi liburan berakhir dan aku akan menempuh hidup baru (?!). Iya, kehidupan yang katanya paling sibuk di tahun pertama ini. Kalau kata bahasa bapak aku mah, bakal terus ‘digenjot’ supaya bisa lebih pinter. Makanya, mungkin post ini adalah post terakhir sampai bulan Desember nanti (mungkin lho ya). Aku ingin konsentrasi belajar, karena sekarang adalah masa-masa yang sangat menentukan hidupku, masa depanku. Ujian untuk masuk universitas akan diadakan pada semester sekarang, bulan November kalau tidak salah. Semuanya, mohon doanya ya! Kita tidak berusaha sendiri, sama-sama berjuang kok. Bismillah, semoga nanti hasilnya sesuai yang diharapkan, aamiin!!!

Sampai jumpa lagi! \(^o^)/



Minggu, 24 Agustus 2014

Me and Natsu (Part 2)


Post sebelumnya: Me and Natsu
Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Petualanganku bermula dari pendakian Gunung Fuji bersama 10 orang teman dari Indonesia pada tanggal 4-5 Agustus 2014. Dari Shinjuku, kami pergi ke titik pendakian ke-5 Gunung Fuji dengan menaiki bus. Hampir saja kami ketinggalan bus karena terlambat sampai ke terminal (=,=) *kebiasaan orang Indonesia nih. Dari Shinjuku ke titik pendakian ke-5 hanya memakan waktu kurang lebih 2 setengah jam (kalau ga salah). Jam setengah 6 sore kami sampai di sana. Anginnya kenceng dan udaranya “sejuuuuuk” banget! Ga beda jauh sama pas waktu datang ke Jepang bulan April lalu (=,=) Langsung deh buru-buru pake baju double & jaket tebel. Di lokasi ini pemandangannya indaaaaaaaaaaah banget! Banyak toko oleh-oleh dan jajanan makanan.  Setelah makan bekal yang dibawa, jalan-jalan bentar, shalat, dan tidak lupa foto-foto (hehe), pada jam 8 malam kami mulai mendaki gunung Fuji. Ada 9 titik pendakian. Dari titik pertama sampai ke-5 kan naik bus, dari titik ke-6 sampai ke-9 naik kaki sendiri. Hehe...

Untuk sampai ke titik ke-6 harus melewati tanjakan yang tinggi-tinggi selama 1 jam. Jujur, perjalanan pertama ke titik ke-6 ini bagiku yang paling melelahkan. Baru juga mulai, udah ngos-ngosan berat. Maklum, baru pertama kali daki gunung *hehe. Tapi kata temen, itu karena belum terbiasa aja sama udara di sana. Sampai di titik ke-6, istirahat bentar, terus lanjut daki lagi. Mulai dari titik ke-6, untuk sampai ke titik-titik selanjutnya butuh waktu yang lebih lama & tracknya pun ternyata lebih menantang. Kayak contohnya mulai dari titik ke-7 ke atas, udah ga ada jalanan nanjak lagi, tapi lebih ke batu-batu yang harus dipanjat yang bisa dibilang hampir mirip tebing. Kaki gerak, tangan juga gerak buat “ngedaki” tuh tebing. Saking capeknya sempat terlintas di kepala ingin balik lagi ke bawah. Tapi udah ga mungkin. Mendaki Gunung Fuji sudah menjadi salah satu impianku sejak SMA, lagian kami mendaki bareng-bareng bersebelas. Toh sebagian besar dari mereka juga sudah berpengalaman sama yang namanya daki gunung, jadi ga perlu ada yang dikhawatirkan (walaupun saat itu cuacanya termasuk lagi buruk). Walau angin di sana gede banget, berkabut, dan gerimis pula, tak ada yang bisa dilakukan lagi selain berjuang sampai akhir (T_T)

Tapi walau cuaca kurang baik, kami disuguhkan oleh pemandangan indah yang benar-benar tak terlupakan. Pancaran cahaya dari sudut kota, seakan-akan seperti melihatnya dari pesawat terbang, dan hamparan bintang yang gemerlap dengan dilatari langit hitam kelam.  Aku rasa pemandangan langit malam itu adalah yang terindah yang pernah aku lihat seumur hidupku. Bukannya lebay, tapi bagiku memandangi langit ketika itu bagaikan melihat luar angkasa, benar-benar terasa bahwa ternyata bumi ini memang bulat. Di sana aku berpikir, rasanya ajaib juga langit seindah ini adalah salah satu bagian dari langit yang biasa aku pandang dari tempat lain. Bahwa ternyata keindahan ini dapat terlihat dari tempat yang berbeda seperti tempat biasa aku berada. Subhanallah (; _ ;) Sayangnya pemandangan ini tidak dapat diabadikan oleh hanya lensa kamera. Beberapa kali aku coba foto, hasilnya nihil. Tidak terlihat :( Karena secanggih apapun lensa kamera, tentu saja tidak dapat menandingi kehebatan lensa mata sungguhan. Sebagus apapun keindahan yang terpancar di foto, tak akan bisa menandingi keindahan dari melihatnya secara langsung :’)

Singkat cerita, setelah berkali-kali beristirahat sejenak dan lalu melanjutkan perjalanan kembali, setelah melewati rintangan yang paling ‘sadis’ menuju titik ke-9, pada jam setengah 4 pagi sampailah kami di puncak Gunung Fuji. Saat itu langit masih gelap dan banyak sekali orang-orang ‘berkeliaran’ di tempat-tempat makan yang berada di sana. Setelah melakukan shalat subuh yang paling eksrtrem (karena ditemani oleh angin besar dan suhu rendah luar biasa), kami duduk di pinggiran puncak untuk menanti sunrise. Sambil terus menggigil, aku yang ketika awal pendakian sangat semangat untuk sampai ke puncak, sekarang malah ingin cepat-cepat turun kembali ke bawah karena suhu rendah yang tidak bersahabat. Masih terus berharap untuk melihat sunrise yang indah, matahari malah tidak muncul-muncul padahal waktu sudah sudah menunjukkan lebih dari jam setengah 4 pagi. Ternyata kami di-php-in matahari :’( Sebentar-sebentar muncul, lalu langsung hilang lagi. Begitu terus berulang kali. Haduh ini pemberi harapan palsu banget beneran. Ehhh tiba-tiba ga kerasa udah jam 6 pagi terus matahari ada di atas ufuk aja. Okeh gagal deh liat matahari terbit di negara matahari terbit. Hehe... Apa boleh buat. Yang penting alhamdulillah udah bisa sampai di puncak dengan selamat sehat walafiat.

Setelah membeli segelas susu hangat dan beristirahat sekitar satu setengah jam, jam setengah 8 pagi kami turun gunung. Ternyata rintangan-rintangan yang tadi telah terlewati tidak ada apa-apanya. Inilah “penderitaan” yang sesungguhnya. Walaupun pemandangan dari sana saat itu adalah yang paling paling paling indah sejak awal pendakian, namun tracknya sungguh membuat kaki rusak, terutama bagian lutut. Sakiiiiit bangettt (T_T) Tidak salah memang jika banyak orang berkata naik gunung itu lebih susah turunnya dibandingkan naiknya. Dan memang secarah ilmiah pun kaki menahan berat tubuh lebih besar ketika turun tangga dibandingkan naik tangga *korban iklan susu Anlene. Yah apapun itu, pokoknya 4 jam ketika turun itu adalah yang paling menyiksa kaki & juga batin *alah. Oya di sini ada beberapa foto ketika pendakian gunung Fuji. Alhamdulillah pada jam setengah 12 kami sampai di titik pendakian ke-5.  Jam 1 siang dengan menaiki bus kami kembali ke Shinjuku. Sampai-sampai di rumah inginnya sih istirahat karena seharian tadi belum tidur. Tapi apa dikata, cuma bisa tidur sejam doang (=__=) Ga tau kanapa ga bisa tidur lagi terus ujung-ujungnya tidur jam 12 malem. Padahal besok paginya harus bangun pagi buat siap-siap Kantou Trip (T_T)

Kantou adalah salah satu region di Jepang yang meliputi berbagai kota seperti Tokyo, Tochigi, dan Chiba. Kalau di Indonesia, region ini bisa disamakan seperti provinsi lah. Aku dan sahabatku, Lia, sudah berencana sejak lama untuk jalan-jalan ke berbagai daerah di Kantou pada musim panas ini. Selain karena tidak membutuhkan waktu lama dari Tokyo, juga biayanya yang pastinya lebih murah. Untuk meningkatkan jumlah turis internasional, perusahaan kereta api Jepang, Japan Railways, atau sering disebut JR, mengadakan harga tiket spesial bagi orang-orang yang memengang paspor luar negeri (selain paspor Jepang). Salah satunya adalah harga untuk trip di Kantou selama 3 hari yang bernama “Kantou Pass”. Selain itu, yang terkenal adalah harga untuk trip ke seluruh daerah di Jepang selama 7 hari yang bernama “Seishun 18 Kippu”. Untuk lebih jelasnya, ada infonya di sini. Aku dan Lia membeli Kantou Pass itu. ‘Hanya’ dengan 8000 yen, kami dapat berpergian ke daerah di Kantou mana saja dengan menggunakan kereta JR, baik yang lokal, rapid, special rapid, dan bahkan shinkansen (^o^)

Oya sekadar info, perusahaan kereta di Jepang itu ada banyak sekali, tapi yang paling terkenal JR, karena dulunya adalah milik pemerintah Jepang. Selain itu, jenis kereta api berdasarkan jumlah pemberhentian di stasiun juga ada banyak. Jujur aku tidak hapal seluruh urutan tsb (contohnya seperti yg tadi telah aku tulis: local, rapid, special rapid, dll). Belum lagi ada jenis kereta lain seperti kereta bawah tanah, monorail, dan bahkan trem (=o=) Peta jalur kereta api Jepang juga ribet banget. Jiks baru awal-awal datang ke sini pasti ga ngerti terus males bangeeettt liatnya. Tapi kalau udah paham, ternyata tidak sulit kok baca jalur-jalurnya (^_^) *dalam semua hal kayaknya gitu deh ya? (=,=)

Ok balik lagi ke cerita. Hari pertama aku dan Lia pergi ke daerah namanya Tochigi, kedua ke Kamakura, dan ketiga ke pulau bernama Enoshima. Ada satu kesamaan dari ketiga tempat ini, yang bisa dibilang menjadi tema perjalan kami pada libur musim panas kemarin: Kuil. Ya, wisata kuil (≧∇≦) Karena kami menyukai bangunan tua dan tradisional, jadi kami memutuskan untuk mengunjungi beberapa kuil di daerah Kantou. Ketiga destinasi perjalanan kami ini bersejarah dan sangat terkenal di kalangan para turis, baik mancanegara maupun internasional. Di Tochigi, tepatnya di gunung bernama Nikko, ada kuil Buddha & Shinto yang terkenal akan ukirannya yang indah, detail, dan warnanya yang beragam. Kuil ini adalah salah satu warisan dunia. Lalu di Kamakura, ada kuil Buddha yang sangat bersejarah yang memiliki patung Buddha terbesar kedua di Jepang setelah kuil Toudaiji di Nara. Patung Buddha besar ini disebut dengan “Daibutsu”. Dan di Enoshima, ada kuil tertua dalam gua di dasar tebing tepi laut yang terkenal akan legenda keabadian cinta nya. Karena tidak menarik kalau hanya diceritakan saja, berikut ada gambar-gambar yang aku ambil ketika perjalan saat itu: Nikko, Kamakura, Enoshima.

Di antara ketiga tempat tadi, ada beberapa hal menarik. Di Enoshima banyak sekali kuciiiiiing! \(≧∇≦)/ *banzaaaai! Setelah searching di internet, Enoshima ini ternyata tempat nomor satu di Jepang (selain Pulau Kucing) yang memiliki banyak kucing!! Bahagia banget bisa liat kucing gendut-gendut dan unyu-unyu kayak mereka. Walaupun mereka kucing liar, tapi mereka ‘ramah’ banget dan mau untuk dielus-elus oleh manusia. Bahagianyaaaaa~ beda banget sama kucing-kucing liar di Tokyo (=_=) Selain kucing, ternyata di Enoshima ada banyak juga pasangan. Sampai bossseeeen banget mergokinnya. Dimana-mana, cewe sama cowo gandengan tangan. Mulai dari murid berseragam sekolah, sampai yang seumuran orang tua sendiri (=_=) Maklum, berdasarkan legenda, pulau Enoshima ini memang terbentuk atas dasar cinta, cinta seekor naga kepada seorang Dewi. Makanya di pulau itu banyak hal-hal untuk pasangan, seperti kuil cinta, gembok cinta, dll (wah salah kayaknya aku pergi berdua ke sana bareng Lia wkwk). Tapi selain itu, rasanya ada alasan lain juga kenapa pulau ini populer bagi pasangan: sunsetnya yang indah. Karena itulah pulau ini sering dijadikan sebagi lokasi syuting film romantis, salah satunya: Hidamari no Kanojo. Pemeran utama cowo di film ini adalah salah satu member Arashi, boyband Jepang yang aku sukai. Makanya perjalanan kami kali ini juga tidak jauh sama yang namanya fangirlingan. Cari-cari lokasi syuting yang pernah dipake dalam film itu, hehe... #salahfokus. Setelah mengunjungi Enoshima pada hari ketiga, maka selesailah Kantou Trip kami.

Akhirnya, hari yang paling aku tunggu-tunggu sejak awal aku datang ke Jepang April lalu pun tiba. Hari dimana aku pulang untuk menemui keluargaku di Osaka. Tengah malam tanggal 11 Agustus 2014 aku sendirian pergi ke terminal bus di Ikebukuro. Perjalanan Tokyo-Osaka menempuh waktu sekitar 8 jam dengan menggunakan bus. Sekitar pukul 8 pagi, perasaanku sudah tidak karuan, deg-degan untuk bertemu lagi dengan saudaraku, Kotomi, yang akan menjemputku di stasiun terdekat dengan terminal bus. Jam 8.25, aku turun dari bus, segera menuju stasiun. Rasa tegang ini makin menjadi. Ketika aku masuk ke stasiun dan menunggu di depan jalur kereta, Kotomi berteriak sambil berlari kepadaku dari arah depan. Kami sontan berpelukan. Ya Allah, alhamdulillah akhirnya setelah 3 tahun lamanya bisa ketemu lagiiiiiiiii, dan ketemunya di Jepang!!! Bahagia bangeeeeettt!!! Rasanya ga percaya juga bisa menginjakkan kaki lagi di Osaka (ToT)

Ga membuang-buang waktu, di sana kami langsung menaiki kereta menuju Universitas Osaka (Handai). Kami memutuskan untuk menghadiri open campus di sana. Selama perjalanan di kereta, aku melihat sudut osaka lain yang belum aku pernah lihat 3 tahun lalu: ndeso. Haha. Jadi Handai ini terletak di lokasi yang bisa dibilang ndeso banget lah. Di sana-sini gunung dan hamparan padang rumput. Tapi menurutku justru itulah yang menjadi daya tariknya (^_^) Selama open campus, kami juga ditemani oleh salah seorang teman Kotomi yang baru saja pulang dari Indonesia bernama Hideto. Dia 10 bulan pertukaran pelajar di Indonesia dan baru pulang ke Jepang awal Agustus lalu. Walau hanya 10 bulan, tapi sudah lancar berbahasa Indonesia (*o*) Kadang dia berbicara denganku dengan bahasa Indonesia. Tapi ketika mengobrol dengan Kotomi, menggunakan logat Osaka. Uhhhhh udah lama banget ga denger langsung logat Osaka, kangeeen (>o<) Sekilas info, katanya orang-orang di daerah Kansai (Osaka, Kyoto, dll) itu katanya lebih ramah dibandingkan orang-orang di daerah lainnya, terutama Tokyo. Dan sepertinya aku setuju dengan hal itu begitu bertemu dengan Hideto yang ramah & konyol. Pulang dari open campus, kami pergi ke taman bersejarah yang terkenal: Banpaku Kinen Kouen. Sudah lama aku ingin ke sana, karena tempat itu pernah dijadikan lokasi syuting movie Jepang yang aku suka, hehe *lagi-lagi fangirling. Di sana kami melihat-lihat museum dan ladang bunga matahari (^_^)

Sore pukul 6, kami pulang menuju rumah masing-masing. Rumah keluarga Kotomi sudah menjadi rumahku. Satu-satunya tempat aku kembali di negeri ini. Perlu waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Osaka untuk pulang. Di kereta, Kotomi memberitahu bahwa Mama dan Mii-chan (sepupu kecilku) sudah menunggu di depan stasiun untuk menjemput kami. Lagi-lagi, perasaanku jadi campur aduk. Senang sekaligus tidak percaya karena dapat menginjakkan kaki lagi di sini, dan tegang akan bertemu kembali dengan Mama, Papa, dan yang lainnya setelah 3 tahun lamanya. Sampai di stasiun, aku melihat sosok Mama & Mii-chan. Begitu keluar, aku langsung memeluk mereka. Setelah itu dengan menggunakan mobil, kami menuju rumah. Di luar rumah, ada Papa, kakek, nenek, Uutan (adikku), paman & bibi (orang tua Mii-chan) yang sudah menunggu kedatangan kami. Rindu sekali aku dengan mereka! Alhamdulillah setelah 3 tahun ‘pergi’, aku bisa pulang ke rumah yang satu ini! (ToT) Malam itu kami akhiri dengan makan dan bermain kembang api bersama.

Singkat cerita, 4 hari aku habiskan waktu di Osaka dengan mereka. Bercerita banyak hal, jalan-jalan ke Kyoto dan Nara, juga menelusuri beberapa tempat di Osaka. Sebenarnya kebanyakan tempat yang kami kunjungi saat itu adalah tempat yang sudah pernah aku datangi, seperti Kiyomizu-dera, Toudaiji, dan Oosaka-jou. Tapi walaupun begitu, kebersamaan dengan merekalah yang paling berharga. Kemanapun itu tak masalah, asal bisa berkumpul kembali dengan mereka yang aku sayangi :’) *uhuk. Karena kalau diceritain lebih detail lagi bakal panjang, mending liat gambarnya aja hehe: Osaka.

4 hari terasa begitu cepat. Lagi-lagi perpisahan sudah di depan mata. Ingin nangis rasanya bila harus berpisah lagi dengan mereka. Tapi walaupun begitu, aku tetap harus kembali ke Tokyo. Dan kalaupun suatu saat aku tinggal di Osaka, belum tentu bisa kapan pun bertemu dengan keluarga. Walau sudah sama-sama di Jepang, tapi tidak bisa bertemu setiap saat. Itulah alasan yang selalu membuatku merasa sedih. Terutama ketika melihat nenek mengantarku di jalan menuju stasiun. Berkaca-kaca mata ini melihat nenek yang terus melambaikan tangan mengantarkan kepergianku. Hiiiiikssss.... (T__T) Tapi mama bilang, kali ini aku tidak pulang ke Indonesia. “Hanya” Tokyo. Oleh sebab itu mama tidak sedih dan merasa selalju bisa bertemu kembali denganku. Apalagi katanya nanti Kotomi dan Mama akan menjengukku ke Tokyo akhir bulan ini. Baiklah, tenangkan hatimu Fa, tidak boleh sampai nangis bombay lagi seperti 3 tahun yang lalu.
(; __ ;)

Malam itu pukul 11 malam aku naik bus untuk kembali ke Tokyo. Kotomi & mama mengantarku sampai halte, dan menggu sampai bus yang aku naiki pergi. Lagi-lagi, perpisahan yang membuat hati ini tidak tenang. Tapi tak apa. Karena insha Allah kami akan segera bertemu kembali :’)

#To be continued

Next Post: Me & Natsu (Part 3)