Selasa, 21 Juli 2015

Empat Bulan Vacuum & Ramadhan



Post sebelumnya: The End of WinterTerm
Bismillaahirrohmaanirrohiim...


Welcome, summer 2015 (^_^)

Empat bulan.
Iya, ternyata sudah empat bulan berlalu sejak aku “menghilang” dari dunia blog. Dan hal pertama yang aku pikirkan dari kejadian ini adalah perasaan menyesal akan hilangnya kesempatan untuk menulis banyak pengalaman yang belum sempat aku ceritakan. Lagi-lagi aku harus menyayangkan diriku yang harus menulis berbagai cerita dalam satu waktu. Entah itu untuk yang membaca blog ini maupun untuk diriku sendiri, ada banyak sekali pengalaman yang sangat berharga yang aku rasa seharusnya aku tulis di sini, agar berbagai kenangan itu tidak sia-sia, hilang ditelan waktu, atau terlupakan dari ingatan. Entah untuk menjadi memori pribadi, atau hanya untuk sekadar berbagi pengalaman.

Baiklah, mungkin sudah cukup introspeksi dirinya. Yang penting sekarang selesaikan dulu ya menulis post satu ini ^^ Sebelum memulai cerita, aku ada ketetapan baru, yaitu menuliskan tema lagu untuk setiap post. Insya Allah mulai dari sekarang. Aku senang sekali mendengarkan musik, terutama lagu-lagu Jepang, sampai-sampai salah satu slogan hidupku adalah “no music no life” ^^ Rasanya setiap bulan pasti ada saja lagu-lagu baru yang aku suka dan aku dengarkan terus-menerus. Baiklah, kalau begitu untuk tema lagu post kali ini ada dua, yaitu “ロマンスがありあまる” dan “私以外私じゃないの” dari penyanyi yang sama, yaitu “ゲズの極み乙女”.  Bagi yang ingin tahu cara baca dan arti dari kosakata-kosakata ini, silahkan tanya Mbah Google yaa, hehe... Karena yang lebih penting adalah menyelesaikan menulis post ini dulu, yeah! (*o*)

Berhubung buanyaaaaak sekali pengalaman yang ingin aku ceritakan, aku mulai dari kejadian yang baru saja aku alami akhir-akhir ini. Di blog sebelumnya, aku menuliskan bahwa aku ingin sekali menceritakan mengenai pengalamanku menonton konser NEWS, grup yang aku suka. Tapi karena yang ingin aku ceritakan mengenai hal itu pasti banyak sekali, jadi aku skip saja dulu hehe. Insya Allah akan aku usahakan untuk menulisnya di post-post setelah ini. Bagi yang sepertinya akan merasa akan geli (baca: muak) dengan hal-hal seperti fangirlingan, silahkan nanti yang itu diskip saja karena aku jamin, ke-alay-annya akan melebihi 100%! Haha...

Baiklah, mari kita masuk ke inti. Pertama, mengenai evaluasi ramadhan. Bagaimana ramadhan-ku di negeri sakura untuk tahun kedua ini? Ehm, sebenarnya ini agak sensitif, dan aku pun tidak begitu mengerti haruskah aku menceritakannya di sini. Dan berhubung ini hal privasi, izinkan aku untuk menceritakannya hanya mengenai kondisi alam dan situasiku ketika itu, hehe.

Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, bulan puasa tahun ini datang di musim panas. Di Jepang, musim panas biasanya jatuh pada bulan Juni sampai dengan Agustus, selama tiga bulan. Tapiiiii... entah mengapa tahun ini berbeda. Kondisi cuaca dan alam berubah. Gejala keanehan itu sudah terlihat sejak awal Maret, dimana musim dingin yang seharusnya selesai di bulan Februari tetap datang menghantui sampai sekitar pertengahan Maret. Walaupun dibilang musim dingin, tapi mengenai turun atau tidaknya salju tergantung dari daerah itu sendiri. Setiap daerah berbeda. Banyak orang yang bilang bahwa Tokyo adalah tempat yang jarang turun salju. Kalau pun turun, hanya sedikit. Sementara itu, di bagian Jepang yang lain yaitu di prefektur Aomori atau Hokkaidou yang berada di bagian utara Jepang, jangan ditanya, saljunya turun banyak sekali sampai-sampai bisa menumpuk setinggi dua belas meter (-_-).

Balik lagi ke Tokyo, berdasarkan cerita dari guru-guru dan hostfamily-ku (karena waktu itu aku belum berada di Jepang), tidak seperti biasnya, tahun lalu salju turun banyak di sini selama beberapa hari sampai-sampai tumpukkannya mencapai setinggi betis orang dewasa. Tapi walaupun begitu, ia tetap turun tepat waktu, yaitu pada bulan Februari awal, dan akhir Februari saljunya sudah berhenti turun. Lalu Maret, ya sesuai jadwal sudah masuk musim semi, di mana bunga-bunga sakura mulai mekar (oh iya, perlu diketahui juga bahwa jenis bunga sakura itu ada banyak, dan mereka mekar di waktu yang berbeda, sesuai jenisnya).

Tapiiii... tahun ini berbeda. Benar-benar berbeda. Awal Maret, hawa dingin masih saja menusuk raga, dan yang lebih parah, ketika bunga-bunga sakura sudah mulai mekar, salju masih tetap turun! Katanya tahun ini adalah tahun pertama ada fenomena seperti itu. Salju tetap turun di saat bunga sakura sudah mulai bermekaran. Fenomena ini disebut dengan “雪ざくら” (yukizakura). Yuki berarti salju, dan zakura adalah sakura. Di satu sisi bahagia banget bisa lihat fenomena langka seperti ini, tapi di satu sisi... dingiiin, ga kuat (>_<) Jadi ingat waktu dulu sebelum datang ke Jepang, aku sempat bilang ke tanteku yang dulu pernah tinggal di Jepang seperti “memang sedingin apa sih sih musim dingin? Bisalah, kuat...”. Euh kalau udah ngerasain sendiri mah... jangan harap bisa berkata seperti itu lagi. Karena yang di luar dugaan, musim dingin itu tidak hanya soal suhu, tapi angin! Dan angin inilah masalah terbesar alias biang kerok dari penderitaan di musim dingin. Pernah dengar kata-kata “tertusuk angin”? Yah, kira-kira itulah penamaan yang tepat bagi penderitaan ini. Mungkin terdengar lebay, tapi percayalah, hal itu benar adanya. Jika sekalinya bagian tubuh kita yang tidak tertutupi pakaian penghangat (seperi telapak tangan) terkena angin tersebut, ujung-ujung jari akan terasa beku dan sangat sakit akibat rasa dingin yang berlebih. Jangankan yang tidak tertutupi, tanganku yang sudah aku pakaikan sarung tangan pun sebeanarnya di dalam tetap saja menggigil kedinginan (T_T).


Yukizakura
(sumber: Google, karena tidak punya foto pribadi hehe)

Balik lagi ke cerita musim panas, karena alasan penyimpangan cuaca tadi di atas, maka musim-musim setelahnya pun jadi ikut berubah. Musim panas tahun ini datang lebih cepat dari pada biasanya, dan aku juga tidak tahu apakah musim panas yang lebih awal ini juga akan diikuti oleh musim panas yang berkepanjangan. Hawa panas yang seharusnya dijadwalkan datang pada bulan Juni sudah terasa sejak Mei. Sementara itu, ramadhan tahun ini jatuh pada pertengahan Juni s.d Juli. Jadi pasti sudah terbayang kan, frekuensi panas yang seperti apa yang harus aku lalui selama bulan puasa kali ini? (T_T) Berdasarkan aplikasi cuaca di handphone, beberapa hari ini suhu menunjukan di angka 34°C, tapi kalau mengecek lagi info yang tertera di bawahnya: feels like 36°C. Ohahaha... hanya bisa tertawa aja baca ini, diikuti dengan kata “pantesan...” (-_-) tapi alhamdulillah ga sampai 40°C, walaupun ga ngerti juga sih, hawa panas bulan Agustus nanti (yang biasanya adalah puncak musim panas) bisa mecapai suhu berapa... Ketika di kamar, buka jendela salah (karena percuma, angin yang tertiup pun sama-sama panas). Tapi mau pakai AC juga salah (mikirin nasib biaya listrik). Yah haha, “nikmatin” aja kali ya. Toh musim panas di sini biasanya “cuma” tiga bulan (-_-)a

Balik lagi ke ramadhan, jadi aku harus menjalani puasa di tahun ini dengan kondisi cuaca yang seperti itu. Lalu mengenai situasi kuliah... Sayangnya ketika itu aku sedang masa-masa pengumpulan tugas dan ujian, jadi aku rasa tidak sedikit waktu yang harus aku alihkan untuk menyelesaikan semua tugas-tugas dan persiapan belajar. Karena faktor kesibukan itu jugalah, bulan puasa kali ini pun jadi terasa lebih cepat berlalu... (T_T) Tiba-tiba kalender sudah menunjukkan tanggal 17 Juli, ya Idul Fitri, ditambah tiga laporan yang belum diselesaikan.  Di hari lebaran, sama seperti tahun lalu, Aku dan sahabatku, Lia, pergi untuk shalat Ied ke SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo). Selepas shalat Ied, ada acara ramah-tamah (baca: makan-makan gratis) yang diadakan oleh kedubes Indo, lokasinya tidak jauh dari SRIT dan kantor kedubes, sama seperti tahun lalu.


Suasana Idul Fitri di SRIT

Wajarlah anak rantau, kadang suka sepi ketika tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga. Tapi alhamdulillahnya, tahun ini agak berbeda dengan tahun lalu. Walaupun pada kenyataannya kami terpisah berjuta-juta kilometer dari Indonesia, tapi di acara ramah-tamah itu tidak bergitu terasa, bahkan kami merasa tidak sedang berada di Jepang (haha). Karena, selain di sekitar hanya ada orang Indonesia, apalagi kalau bukan satu hal ini: makanan. Tahun lalu, di acara ramah-tamah tersebut kami mendapatkan makanan berupa bentou (makanan kotak)., tidak ada masakan khas lebaran. Berbekal dari pengalaman itu, kami pun jadi tidak terlalu berharap untuk tahun ini. Toh sudah bisa dapat makanan Indonesia secara gratis sudah alhamdulillah banget. Taunya... Di luar dugaan! Masakan-masakan yang dihidangkan tahun ini sangat-sangat melebihi ekspektasi! (lebay mode: on) Ada lontong, kerecek, sayur nangka, telur balado, ayam goreng kuning, dan yang paling mantep: kerupuk! Hahaha... Ups maaf alay.  Rasanya sudah lamaaaa sekali tidak merasakan masakan lebaran yang enak seperti itu. Kalau mau diusahakan mungkin bisa masak sendiri, tapi... sayangnya rasa malas mengalahkan semua keinginan itu hehe. Lalu yang paling membuat terasa sekali bahwa hari itu lebaran adalah, apa lagi kalau bukan kue lebaran! Tahun lalu, beberapa hari setelah lebaran aku sempat dikirimi beberapa kue lebaran oleh ibuku. Tapi sayangnya tidak sedikit yang kondisinya sudah tidak layak makan (sampai ngeri sendiri kalau ingat-ingat lagi wujudnya). Tapi tahun ini, salah satu sahabat (dan bisa dibilang senpai juga mungkin?) yang seangkatan denganku, kak Rafa, datang membawa kue-kue lebaran. Ketika itu keluarga kak Rafa sedang berkunjung ke Jepang, dan kami bertemu dengan mereka di acara ramah-tamah. Rupanya kak Rafa datang ke sana membawa kue-kue lebaran yang dibawakan oleh orang tuanya. Jadi, setelah makan masakan khas lebaran, kami bisa langsung menyicipi kue lebaran. Sungguh, kebahagian hari raya... (ToT)

Setelah menghabiskan makanan, aku dan Lia “mampir” sebentar ke Harajuku (*salah fokus).  Di Harajuku, setelah lebih dari satu tahun kami bermukim di negeri sakura, akhirnya kami bisa debut ke “Takeshita Doori”, sebuah jalanan yang sangat sangat terkenal di Harajuku! Dulu ketika awal-awal datang ke Jepang, kami pernah berencana untuk mengunjungi jalanan ini, tapi belum kesampaian terus, akibat buta arah dan keterbatasan waktu (-_-)a. Takeshita Doori adalah sebuah jalan dimana terdapat banyak toko-toko baju, aksesoris, dll yang terkenal dengan fashion Jepangnya. Yang aneh-aneh itu lho *ups. Tidak sedikit orang yang berdandan seperti tokoh anime (cosplay), maid atau butler, dll. Pokoknya gaya-gaya khas Harujuku yang sering kita lihat di media sosial dan buku-buku travel Jepang. Nah terus ini ngapain dua orang berkerudung nyasar ke jalanan maniak kayak gini? Haha kita ga beli apa-apa kok, ga ngapa-ngapain. Hanya jalan-jalan, mencari suasana baru hehe... Sebenarnya seperti inilah salah satu cara kami menghilangkan penat dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari yang simple seperti muter-muter di dalam supermarket alias window shopping (liat-liat doang, belum tentu beli hehe), “mampir” ke toko kue atau cafe, karaoke, sampai menjejakkan kaki ke tempat-tempat baru yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya ^^

Takeshita Doori

Naaaah... jadi intinya seperti itulah kondisi bulan puasa dan lebaran yang aku lalui di sini kali ini. Walau pun rasanya lebih banyak hal sampingannya dibandingkan cerita utamanya yang aku tulis di sini, tapi semoga bermanfaat dan ke depannya bisa lebih fokus ya, hehe... Bisa dibilang post kali ini adalah pemanasan setelah empat bulan vacuum dari dunia penulisan (-_-)

Mungkin sekian dulu post-ku kali ini. Insya Allah di post selanjutnya aku akan coba menulis mengenai topik yang mungkin paling dinanti-nanti di kalangan pelajar Indonesia: “Gimana rasanya kuliah di Jepang?”. Karena aku sudah mulai libur kuliah dan sudah terbebas dari tugas, Insya Allah aku usahakan tulis tidak lama setelah post ini di-publish, dan kalau bisa, aku akan coba tulis secara detail, baik mengenai teman-teman orang Jepang, sampai mata pelajarannya.

Yosh, semangat ya bagi yang masih kuliah atau ujian! Dan selamat menikmati liburan bagi yang sudah libur! Semoga hari-harimu selalu menyenangkan ^^

Ganbarou! 頑張ろう!

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Blue Sky

Senin, 16 Maret 2015

The End of Winter Term


Post sebelumnya: 2015 - New Beginning
Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Dua bulan berlalu sejak aku mencanangkan beberapa keinginan yang aku sebut “resolusi baru”. Awalnya mungkin berjalan lancar, namun kini? Mengenaskan. Ini mungkin karena aku sudah terkontaminasi dengan  comfort zone dan hawa liburan musim semi (-_-) Jangankan menulis blog, hanya sekadar memiliki keinginan untuk menulis saja sudah butuh waktu dan perjuangan setengah mati (hehe). Dan akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu itu kini datang. Insya Allah aku siap untuk mengadu jariku dengan keyboard kembali, yeah! *kumat

So, sebelum kondisi kumatku menjadi lebih parah lagi, aku akan menceritakan beberapa hal serius dulu. Setelah itu baru di akhir gila-gilaan lagi hehe *peace.

Alhamdulillah tanggal 12 Februari lalu aku dan sahabatku, Lia, dinyatakan diterima sebagai mahasiswa baru di Tokyo University of Foreign Studies (TUFS) \(^o^)/. Aku dan Lia sama-sama jurusan B. Jepang. Dengan ini, resmilah sudah bahwa kemungkinan besar aku akan selalu bersama Lia hingga insya Allah empat tahun ke depan. Malah mungkin akan lebih lama lagi ya jika nanti bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi (aamiin!). Selain itu, fakta lain yang menunjukkan bahwa kami akan sering bersama adalah: tempat tinggal. Beberapa hari setelah pengumuman, aku dan Lia ditawari untuk melanjutkan tinggal di asrama oleh pihak univ. Tapi berdasarkan saran dari senpai (kakak kelas), lebih baik kami tinggal di luar asrama saja. Karena pertama, asrama yang bisa kami tempati, biaya per bulannya bisa dibilang cukup mahal. Dua, kami dibatasi bisa tinggal di sana hanya dua tahun saja. Tiga, oleh karena itu, jika tinggal di asrama, pada tahun ketiga kami harus pindahan lagi. Dengan alasan-alasan ini makanya kami memutuskan untuk pindah ke apartemen saja, hihi :D

Kami memutuskan untuk tinggal berdekatan, karena berdasarkan pengalaman awal tahun kemarin, perlu pertimbangan juga dalam menanggapi rasa sepi alias homesick, dan agar bisa menjalankan beberapa aktivitas seperti benlanja kebutuhan pokok bersama. Walaupun aku bilang akan tinggal di apartemen, tapi jangan bayangkan seperti apartemen-apartemen di Indonesia yang notabene untuk kalangan menengah ke atas lho ya. Di Jepang, apartemen itu bisa dikatakan seperti rumah susun. Tentu saja, ada apartemen yang sudah kumuh, ada juga yang masih bagus. Yang masih bagus biasanya bangunan baru, yang sudah dilengkapi dengan beberapa keunggulan dibandingan dengan bangunan lama, seperti konstruksi gedung yang tahan gempa. Tapi kalau yang sudah kumuh, mau sekumuh apapun itu, aku yakin sebagian besar orang Indonesia yang tinggal di sini juga setuju denganku bahwa tidak akan ada yang sekumuh rumah susun yang ada di Indo (maaf >.< ).

Di sini, kalau suatu barang diperjualbelikan, pasti sudah memenuhi standar minimal alias masih layak untuk digunakan kembali. Begitu juga dengan apartemen dan bangunan lainnya. Di jalan aku sering menemukan rumah-rumah atau apartemen yang sudah sangat sangat kumuh, tapi sepenglihatanku itu biasanya sudah tidak berpenghuni. Aku pikir ya tentu saja, bagi negara maju seperti Jepang yang kualitas hidup orang-orangnya sudah lebih tinggi dibandingan negara berkembang, tentu saja kebutuhan akan barang dan jasa yang layak akan lebih tinggi juga (hehe jadi berasa ngomongi pelajaran ekonomi). Walau begitu, perlu diketahui bahwa bahkan di negara seperti Jepang sekalipun, masih ada orang-orang yang homeless. Dan nahasnya, orang-orang yang hanya beralaskan kardus untuk tidur dan mengenakan satu lapis baju kumuh untuk pakaian sehari-hari dapat aku temukan di pusat kota, di daerah seperti Shinjuku yang identik dengan tempat-tempat perbelanjaan fashion ternama.

Balik lagi ke cerita akademik, awal Februari lalu, aku dan siswa-siswa di sini disibukkan oleh short essay dan laporan. Di semester akhir di sekolah bahasa Jepang ini, jumlah jam pelajaran di kelas dan jenis mata pelajarannya bisa dibilang sedikit. Kami harus lebih fokus untuk mengerjakan laporan di kamar masing-masing (atau terserah di manapun). Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan dua laporan (b. Jepang dan politik-ekonomi) ini pun terbilang cukup lama. Sekitar satu bulan lebih ‘hanya’ untuk menulis masing-masing 4000 kata, atau setara dengan empat halaman. Tapi dalam b. Jepang tentunya :) Temanya pun bebas sesuai dengan minat sendiri. Sayangnya, keluangan waktu membuatku entah mengapa tak kunjung bisa mengerjakan laporan dengan segera. Dan hey, bung! Kenapa ide tak kunjung juga datang tatkala deadline pengumpulan semakin dekat? (ToT) Sejujurnya, aku tidak suka dengan jurus “the power of kepepet”, tapi nampaknya jurus ini memang benar-benar efektif.

Satu minggu sebelum pengumpulan, setelah laporan yang coba aku tulis selama satu bulan dinyatakan masih belum benar oleh sensei (guru) karena suatu hal, aku harus menulis kembali mulai dari awal, dari kalimat pembuka. Dua setengah hari lamanya aku lengket duduk di depan notebook, dan... alhamdulillah, selesai!!! Dan hanya perlu dua kali cek saja untuk dinyatakan oleh sensei bahwa laporanku sudah tidak ada masalah lagi. I think it was really a miracle (*_*). Aku tidak pernah bisa percaya diri dalam hal seperti menulis, apalagi ini harus memakai bahasa lain. Tapi syukurlah laporan bisa terselesaikan. Entah ini berita buruk atau bukan, tapi mulai sekarang aku fix akan banyak berhadapan dengan baca-tulis. Mau tidak mau, aku yang menurutku belum terbiasa dengan dunia seperti ini kelak harus menghadapinya. Hiks, semangkA! (ToT)

Dua hari setelah mengumpulkan laporan, kami diharuskan melakukan presentasi perihal laporan yang kami tulis. Tapi karena isi materinya adalah semua yang sudah kita tulis, jadi aku rasa tidak terlalu menghabiskan energi seperti waktu membuat laporan. Masing-masing siswa harus melaksanakan presentasi di kelas. Di kelasku, laporan yang ‘sebegitu panjangnya’ harus bisa dipresentasikan selama 10 menit, sudah termasuk tanya-jawab selama 2 menit saja. Kami cukup kerepotan karena harus memangkas banyak bagian dari laporan kami. Dari tiap-tiap kelas, akan dipilih satu orang untuk menjadi wakil dari kelas dalam mempresentasikan laporannya di acara presentasi gabungan. Dari kelasku terpilih salah seorang yang berasal dari Brazil dengan tema ‘mesin waktu’.

Ternyata perjuangan untuk lulus tidak cukup sampai di situ, kami masih harus menghadapi UAS. Tapi untungnya, jumlah mata pelajaran yang diujiankan lebih sedikit dibandingkan semester kemarin. Begitu pula bobot materinya. Alhamdulillah, sepertinya pihak sekolah sangat meringankan beban kami hehe. Lagipula tanggung jawab ‘mereka’ untuk menyerahkan nilai kami yang akan dipergunakan untuk melanjutkan ke universitas juga sudah diselesaikan. Semester sekarang dan kemarin memang benar-benar berbeda 180°, dari yang super sibuk dan jadwal dangat padat, jadi penuh dengan libur dan kelenggangan waktu. Walaupun sebenarnya terlihat nyantai, tapi sebenarnya ada beban laporan di baliknya. Mengenai nilai, insya Allah tidak perlu khawatir. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai UAS kali ini ‘hanya’ berpengaruh untuk nilai semester sekarang dan nilai keseluruhan ‘saja’. Nilai keseluruhan dipergunakan untuk menentukan kelulusan, dan tiap mata pelajaran ketentuannya berbeda. Walaupun bisa dibilang suasana semester kali ini sangat mendukung kami untuk santai dan bermalas-malasan, apalagi ditambah dengan faktor bahwa nilai ujian kali ini tidak akan berpengaruh terhadadap kelulusan universitas, tapi ternyata semua tetap semangat dan tidak menganggap enteng UAS (*o*).

Tiga hari lamanya kami melewati UAS, dan seperti betis yang baru saja terlepas dari ikatan tali tambang di iklan obat salep counterpain, kami merasa bebas dan legaaa (hehe). Semua tugas kami terselesaikan sudah. Kecuali... bagi orang-orang yang harus tampil presentasi sebagai wakil dari kelasnya pada acara presentasi gabungan, dan bagi yang masih harus menghadapi ujian wawancara ke universitas yang dituju. Dari pembagian hasil UAS sampai ke presentasi gabungan ada jeda waktu selama dua minggu, dan selama itu juga aku membangkai terus di kamarku tercinta, yang dalam waktu dekat ini akan aku tinggalkan untuk selamanya, karena aku tidak akan pernah bisa menempatinya lagi, hiks. Nah gini nih masalahnya kalau sudah liburan. Giliran sedang sekolah, sedang sibuk-sibuknya, selalu menginginkan liburan. Tapi ketika liburan itu telah datang, malah jadi tidak berdaya saking tidak adanya hal yang bisa dilakukan. Maksudnya, ingin refreshing atau jalan-jalan ke luar, tapi kepentok kondisi keuangan. Atau banyak hal-hal ‘sepele’ lainnya yang bisa jadi faktor penghambat, seperti rasa malas bergerak alias mager, pewe, kobe, atau apa pun lah itu istilahnya, dan cuaca. Ya, musim dingin itu penuh dengan ilusi, karena langit sering mendung. Misal setelah subuh tidur lagi,  bangun jam delapan, lihat ke arah balkon, memandang langit yang kelabu, “Oh masih pagi”, terus lanjut tidur lagi. Selanjutnya bangun entah jam berapa, lalu lihat ke arah balkon, “Oh masih pagi, masih kelabu...” pas lihat HP, “Oh my God udah jam 11?!”. Ya, tiap hari selalu ada drama-drama mini yang aku ciptakan sendiri karena nasib tidak punya modal untuk kemana-mana. Hawa dingin di luar luar pun seperti meyakinkanku untuk tidak keluar, sementara kamar tercinta menawarkan sejuta kehangatan yang sebenarnya bukan tanpa pamrih. Tiba-tiba begitu mengecek tagihan listrik... hanya bisa tersenyum sinis. Belum lagi tubuh ini, yang seringnya walau pun perut sudah diisi, tetap merengek-rengek minta diberi asupan baru. Alhasil, angka yang tertera di timbangan hanya menjadi bahan keluhanku tiap hari, sementara tidak ada satu pun usaha dariku untuk menanggapinya. Benar-benar sempurna liburanku kali ini. Iya, sempurna untuk menggemukkan badan haha...

Udah ah, aku sensitif kalau soal yang satu ini (*siapa juga yang minta aku lanjut cerita tentang ini ya? Hehe). Aku langsung skip saja ke cerita presentasi gabungan. Sebagai perwakilan dari kelas, selain harus ada orang yang bertugas sebagai penyaji presentasi utama, harus ada juga wakil sebagai penyaji presentasi poster dan pembawa acara (MC). Dari kelasku, temanku yang berasal dari Thailand bertugas mempresentasikan short essay yang dia tulis mengenai robot dengan menggunakan poster. Sementara untuk pembawa acara, dilakukan oleh temanku yang berasal dari Malaysia. Asalnya hanya dia seorang saja, tapi beberapa hari sebelum presentasi gabungan, aku dihubungi wali kelasku dan memberitahukan aku untuk menjadi MC juga. Bagi yang akan menjadi penyaji presentasi utama, ada latihan beberapa kali dengan wali kelas. Bagi penyaji presentasi poster, tentu saja harus mempersiapkan dengan baik poster yang akan ia gunakan. Tapi bagi yang menjadi MC, tidak ada persiapan khusus, berdoa sajalah hehe... Sehari sebelum hari H, dilaksanakan rehearsal di hall. Hari itu kami diberi arahan, panduan kata-kata apa saja yang harus dipergunakan serta dijelaskan susunan acara oleh guru b. Jepang. Malamnya, aku dan seorang temanku dari Korea mempersiapkan catatan dan latihan sebentar bersama-sama. Esoknya, presentasi gabungan dilaksanakan. Alhamdulillah hingga akhir berjalan lancar. Orang tua angkatku dari YWCA juga menyempatkan datang. Itu  pertama kalinya aku bertemu lagi dengan mereka di tahun ini. Senangnya bisa beretemu kembali :)

Seminggu setelah presentasi gabungan, ada acara jalan-jalan terakhir sebelum upacara kelulusan. Hanya satu hari saja, jalan-jalan ke gedung pengadilan Tokyo dan pabrik salah satu perusahaan pesawat Jepang, Japan Airlines (JAL). Di gedung pengadilan, kami harus melihat jalannya suatu pengadilan. Kami bisa memilih, kasus pengadilan yang mana yang ingin ditonton. Ada berbagai macam kasus seperti kekerasan, tindakan asusila, jual-beli narkoba, dan berbagai kriminalitas lainnya. Aku memilih kasus kekerasan, karena pengadilannya bisa langsung dimulai tanpa harus menunggu ketika itu. Pengadilan berjalan dengan tertib selama satu setengah jam. Baru kali ini aku melihat pengadilan yang sesungguhnya. Tapi aku rasa ketentuannya tidak berbeda dengan pengadilan di tanah air (ya iyalah). Pengalaman baru yang bisa dibilang menyenangkan. Sayangnya, saking “asyiknya”, suara-suara perdebatan telah sukses membuatku sempat memejamkan mata selama beberapa puluh menit.

Sehabis melihat pengadilan dan makan siang, kami menempuh sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan bis menuju pabrik JAL. Lokasinya berada dekat dengan bandara Haneda, bandara yang ternyata telah mencatatkan rekor sebagai bandara pemilik jumlah penerbangan terbanyak tiap harinya di seluruh Jepang. Beberapa waktu silam aku juga pulang ke Indo dari bandara ini. Begitu melihat pesawat yang sering sekali berlalu lalang di sekitar sana, bayanganku hanya satu: pulang. Haha, kapan ya bakal pulang lagi... (ToT) Di sebelah pabrik, ada museum JAL. Aku dan Lia, sudah menanti-nanti hal ini. Karena grup yang kami suka, yaitu Arashi, adalah artis yang muncul untuk menginklankan JAL. Jadi kami berharap ada goods atau hal yang berhubungan dengan mereka di gedung ini. Ternyata benar, begitu masuk ke lobi, ada layar televisi yang menampilkan mereka berlima. Haha, hal ini saja sudah cukup membuat kami excited setelah tadi lelah mendengarkan prosesi pengadilan. Bahkan ada banner yang cukup besar dari dua orang member, yang mengunggah kami untuk foto ‘bersama’ mereka *alay mode. Selain itu, di museum terdapat beberapa diorama sejarah perusahaan, bagian-bagian pesawat yang dibangun kembali menyerupai ukuran asli, manekin-manekin seragam pramugari JAL dari dulu hingga kini, dan stand tempat kami bisa mencoba pakaian pilot dan pramugari JAL. Aku dan Lia sempat ditawarkan oleh seorang staff JAL untuk mencoba stand ini. Lha wong seragamnya pendek, mana bisa yah? Hehe. Selain itu, sebenarnya sangat banyak foto-foto yang aku ambil di tempat ini. Tapi sayangnya, di negara yang sangat menjaga privasi dan lisensi seperti Jepang ini, jika kami ingin mengunggah foto-foto tersebut di internet, tidak bisa sembarangan, harus meminta izin terlebih dahulu. Dan itu cukup merepotkan, harus mengirim email ke pihak JAL dan menunjukkan satu-satu foto yang ingin kita unggah. Sayangnya karena aku tidak serajin itu, jadi aku memutuskan tidak mengunggahnya hehe...

Tiga hari berlalu setelah trip satu hari di dalam kota Tokyo. Akhirnya, acara yang entah dinanti atau tidak kedatangannya (lho?!) berlangsung juga: upacara kelulusan. Ada banyak siswa dari berbagai program yang lulus dari sini. Total siswa yang lulus tahun ini lebih dari 100 orang dari berbagai negara. Karena banyak, jadi dari tiap program masing-masing hanya satu perwakilan saja yang harus maju ke atas panggung untuk menerima surat tanda lulus, dan satu orang lagi untuk menyerahkan surat pesan-kesan. Dari programku yang maju adalah seorang temanku dari Indonesia dan Thailand. Upacara formal yang mendatangkan perwakilan dari pihak kementrian pendidikan Jepang, keduber, dan pihak-pihak formal lainnya ini berlangsung selama sekitar 1 jam. Setelah selesai, kami pindah ke cafetaria kampus untuk menghadiri pesta perpisahan. Guru-guru b. Jepang yang selama ini mengajar kami juga turut hadir. Kami disuguhi berbagai makan yang terlihat lezat seperti sushi, ayam goreng, dll. Tapi berdasarkan hasil pengamatan, yang bisa aku makan dari itu semua hanyak tiga jenis saja. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, aku dan beberapa teman muslimku yang lain terpaksa harus memishkan diri dari yang lain dan duduk di pinggir ruangan untuk makan. Biasanya yang lain makan dengan berdiri dan sambil mengobrol dengan yang lain. Tapi yah mau bagaimana. Inilah salah satu alasan juga kenapa aku tidak bisa menikmati pesta yang ada di Jepang.

Di pesta perpisahan ini, beberapa orang temanku, termasuk yang dari Indonesia, menampilkan sebuah pertunjukan. Mereka menyanyi medley lagu-lagu barat dan Jepang. Selain itu, dua orang teman sekelasku, wali kelasku, dan seorang guru JLC juga mempersembahkan sebuah pertunjukan. Wali kelasku yang pandai menyanyi ini menjadi vokalis, dan yang lain bertugas memainkan alat musik. Sejujurnya, pertunjukkan awal terasa begitu meriah dan menyenangkan, tapi di akhir, agak sedih karena disuguhkan lagu yang mellow. Terutama lirik lagunya itu lho... Setelah pertunjukan selesai dan makanan sudah habis disantap, lanjut ke acara foto-foto. Secara formal, anggota tiap kelas maju ke depan untuk berfoto bersama. Sementara yang belum mendapat giliran, boleh berfoto ria bersama teman dan guru yang lain. Tidak terasa berarti sudah sebelas bulan berlalu sejak kami datang ke Jepang dan menghadiri pesta penyambutan. Sekarang semua harus terpisah-pisah dan menghadapi kehidupan baru. Semangat!

Sehari setelah pesta perpisahan, ada satu acara perpisahan lagi yang harus aku lewati: liqo. Tiga orang teman liqo-ku dari D3 harus pergi ke kousen (sekolah) mereka yang baru, ke tempat yang berbeda-beda di luar Tokyo. Sebelum beberapa anggota grup kami akan pergi, kami mengadakan beberapa kegiatan khusus yang belum pernah dilakukan sebelumnya: takoyaki party dan tukar kado. Liqo kali itu, walaupun sedih, sangat sangat menyenangkan, dan insya Allah tidak akan pernah terlupakan! Selain itu, entah akan bisa terlaksana atau tidak, karena di sekitar kousen mereka tidak ada liqo atau perkumpulan muslim resmi lainnya, jadi kami akan mengusahakan untuk liqo jalur skype. Insya Allah ada jalan kalau ada keinginan, usaha, dan doa :)  Oya, esoknya juga ada satu lagi acara perpisahan dari PMIJ (komunitas Persaudaraan Muslim Indonesia-Jepang). Di acara perpisahan ini, jumlah orang yang hadir tidak sebanyak waktu acara penyambutan ketika kami awal datang musim semi lalu. Mungkin karena faktor mendadak, kurangnya penyebaran informasi, dan liburan semester.

Sekarang, sudah beberapa hari berlalu sejak masa-masa perpisahan. Aku yang terus menunda-nunda untuk menulis semua pengalaman ini sebenarnya cukup kerepotan juga. Aku jadi tidak bisa cerita secara detail, karena keterbatasan ingatan, energi, dan faktor utama adalah: kemalasan dan mood (hehe). Capek ya, walau ‘cuma’ nulis segini ‘aja’. Tapi semoga selanjutnya bisa lebih baik deh hehe (ujung-ujungnya pasti gini). Atau mungkin, aku memang harus mengandalkan the power of kepepet? ^^

Tiga hari lagi aku akan pindah ke tempat tinggal baru. Dari sini ke tempat baru menempuh waktu kurang lebih 20 menit dengan berjalan, itu juga kalau full speed. Ada pilihan untuk memindahkan barang-barang dengan menggunakan taksi karena barang yan bisa dibilang cukup sedikit tidak perlu harus dipindah dengan menggunakan jasa perusahaan angkutan untuk pindahan. Tapi aku sejak jauh-jauh hari, kalau bisa ingin memindahkannya sendiri satu-satu, berjalan menggunakan troll dorong, karena pada dasarnya aku suka berjalan dan jalan-jalan :) Kalau cuaca cerah dan suhu mendukung, insya Allah akan aku jalankan sesuai rencana. Walau dikata pindahan tinggal hari lagi, tapi aku sama sekali belum ada persiapan khusus. Aku rasa mengemas barang bisa dilakukan dalam sehari, jadi beberapa hari ini aku habiskan dengan bersantai saja hehe.

Oya ngomong-ngomong tentang liburan, aku sejak beberapa hari lalu sering tertegun di depan laptop, menonton video NEWS. NEWS ada grup yang paling aku suka sejak SMP. Rencananya, hari Minggu minggu depan aku akan menonton konser mereka di Sapporo. Hah, Sapporo?! Iya, itu di Hokkaidou. Ceritanya bakal panjang kalau kalau aku harus menjelaskan kenapa aku menonton sampai ke Hokkaidou. Tapi semoga di post selanjutnya aku bisa menceritakannya secara lengkap :D Yang pasti, pikirankku akhir-akhir ini hanya diisi oleh mereka berempat. Nampaknya aku sudah sudah tidak sabar untuk bertemu orang-orang yang aku suka sejak dulu. Entah mengapa rasanya kangeeeeeen banget sama mereka! (*kayak yang udah pernah kenal dan ketemu aja hihi). Can’t wait to see them soon! (≧▽≦)

Mungkin cukup sekian post kali ini. Semoga aku bisa terus update post baru, dan semoga besok pindahan dilancarkan tanpa luka atau kendala apa pun, aamiin! Hehe.

Assalamu’alaikum warohmatulloh...

Next post: Empat Bulan Vacuum & Ramadhan