Post sebelumnya: The End of WinterTerm
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Welcome,
summer 2015 (^_^)
Empat bulan.
Iya, ternyata sudah empat
bulan berlalu sejak aku “menghilang” dari dunia blog. Dan hal pertama yang aku pikirkan
dari kejadian ini adalah perasaan menyesal akan hilangnya kesempatan untuk menulis banyak pengalaman yang belum sempat aku ceritakan.
Lagi-lagi aku harus menyayangkan diriku yang harus menulis berbagai cerita
dalam satu waktu. Entah itu untuk yang membaca blog ini maupun untuk diriku
sendiri, ada banyak sekali pengalaman yang sangat berharga yang aku rasa
seharusnya aku tulis di sini, agar berbagai kenangan itu tidak sia-sia, hilang
ditelan waktu, atau terlupakan dari ingatan. Entah untuk menjadi memori
pribadi, atau hanya untuk sekadar berbagi pengalaman.
Baiklah, mungkin sudah cukup
introspeksi dirinya. Yang penting sekarang selesaikan dulu ya menulis post satu
ini ^^ Sebelum memulai cerita, aku ada ketetapan baru, yaitu menuliskan tema
lagu untuk setiap post. Insya Allah mulai dari sekarang. Aku senang sekali
mendengarkan musik, terutama lagu-lagu Jepang, sampai-sampai salah satu slogan
hidupku adalah “no music no life” ^^ Rasanya setiap bulan pasti ada saja
lagu-lagu baru yang aku suka dan aku dengarkan terus-menerus. Baiklah, kalau
begitu untuk tema lagu post kali ini ada dua, yaitu “ロマンスがありあまる” dan “私以外私じゃないの” dari penyanyi yang sama,
yaitu “ゲズの極み乙女”.
Bagi yang ingin tahu cara baca dan arti
dari kosakata-kosakata ini, silahkan tanya Mbah Google yaa, hehe... Karena yang
lebih penting adalah menyelesaikan menulis post ini dulu, yeah! (*o*)
Berhubung buanyaaaaak sekali
pengalaman yang ingin aku ceritakan, aku mulai dari kejadian yang baru saja aku
alami akhir-akhir ini. Di blog sebelumnya, aku menuliskan bahwa aku ingin sekali
menceritakan mengenai pengalamanku menonton konser NEWS, grup yang aku suka.
Tapi karena yang ingin aku ceritakan mengenai hal itu pasti banyak sekali, jadi
aku skip saja dulu hehe. Insya Allah akan aku usahakan untuk menulisnya di
post-post setelah ini. Bagi yang sepertinya akan merasa akan geli (baca: muak)
dengan hal-hal seperti fangirlingan, silahkan nanti yang itu diskip saja karena
aku jamin, ke-alay-annya akan melebihi 100%! Haha...
Baiklah, mari kita masuk ke
inti. Pertama, mengenai evaluasi ramadhan. Bagaimana ramadhan-ku di negeri sakura
untuk tahun kedua ini? Ehm, sebenarnya ini agak sensitif, dan aku pun tidak
begitu mengerti haruskah aku menceritakannya di sini. Dan berhubung ini hal
privasi, izinkan aku untuk menceritakannya hanya mengenai kondisi alam dan
situasiku ketika itu, hehe.
Tidak jauh berbeda dengan
tahun lalu, bulan puasa tahun ini datang di musim panas. Di Jepang, musim panas
biasanya jatuh pada bulan Juni sampai dengan Agustus, selama tiga bulan.
Tapiiiii... entah mengapa tahun ini berbeda. Kondisi cuaca dan alam berubah.
Gejala keanehan itu sudah terlihat sejak awal Maret, dimana musim dingin yang
seharusnya selesai di bulan Februari tetap datang menghantui sampai sekitar
pertengahan Maret. Walaupun dibilang musim dingin, tapi mengenai turun atau
tidaknya salju tergantung dari daerah itu sendiri. Setiap daerah berbeda.
Banyak orang yang bilang bahwa Tokyo adalah tempat yang jarang turun salju.
Kalau pun turun, hanya sedikit. Sementara itu, di bagian Jepang yang lain yaitu
di prefektur Aomori atau Hokkaidou yang berada di bagian utara Jepang, jangan
ditanya, saljunya turun banyak sekali sampai-sampai bisa menumpuk setinggi dua
belas meter (-_-).
Balik lagi ke Tokyo,
berdasarkan cerita dari guru-guru dan hostfamily-ku (karena waktu itu
aku belum berada di Jepang), tidak seperti biasnya, tahun lalu salju turun
banyak di sini selama beberapa hari sampai-sampai tumpukkannya mencapai
setinggi betis orang dewasa. Tapi walaupun begitu, ia tetap turun tepat waktu,
yaitu pada bulan Februari awal, dan akhir Februari saljunya sudah berhenti
turun. Lalu Maret, ya sesuai jadwal sudah masuk musim semi, di mana bunga-bunga
sakura mulai mekar (oh iya, perlu diketahui juga bahwa jenis bunga sakura itu
ada banyak, dan mereka mekar di waktu yang berbeda, sesuai jenisnya).
Tapiiii... tahun ini berbeda.
Benar-benar berbeda. Awal Maret, hawa dingin masih saja menusuk raga, dan yang
lebih parah, ketika bunga-bunga sakura sudah mulai mekar, salju masih tetap
turun! Katanya tahun ini adalah tahun pertama ada fenomena seperti itu. Salju
tetap turun di saat bunga sakura sudah mulai bermekaran. Fenomena ini disebut
dengan “雪ざくら”
(yukizakura). Yuki berarti salju, dan zakura adalah sakura. Di satu sisi
bahagia banget bisa lihat fenomena langka seperti ini, tapi di satu sisi...
dingiiin, ga kuat (>_<) Jadi ingat waktu dulu sebelum datang ke Jepang,
aku sempat bilang ke tanteku yang dulu pernah tinggal di Jepang seperti “memang
sedingin apa sih sih musim dingin? Bisalah, kuat...”. Euh kalau udah ngerasain
sendiri mah... jangan harap bisa berkata seperti itu lagi. Karena yang
di luar dugaan, musim dingin itu tidak hanya soal suhu, tapi angin! Dan angin
inilah masalah terbesar alias biang kerok dari penderitaan di musim dingin.
Pernah dengar kata-kata “tertusuk angin”? Yah, kira-kira itulah penamaan yang
tepat bagi penderitaan ini. Mungkin terdengar lebay, tapi percayalah, hal itu
benar adanya. Jika sekalinya bagian tubuh kita yang tidak tertutupi pakaian
penghangat (seperi telapak tangan) terkena angin tersebut, ujung-ujung jari
akan terasa beku dan sangat sakit akibat rasa dingin yang berlebih. Jangankan
yang tidak tertutupi, tanganku yang sudah aku pakaikan sarung tangan pun sebeanarnya
di dalam tetap saja menggigil kedinginan (T_T).
Yukizakura
(sumber: Google, karena tidak punya foto pribadi hehe)
Balik lagi ke cerita musim
panas, karena alasan penyimpangan cuaca tadi di atas, maka musim-musim
setelahnya pun jadi ikut berubah. Musim panas tahun ini datang lebih cepat dari
pada biasanya, dan aku juga tidak tahu apakah musim panas yang lebih awal ini
juga akan diikuti oleh musim panas yang berkepanjangan. Hawa panas yang
seharusnya dijadwalkan datang pada bulan Juni sudah terasa sejak Mei. Sementara
itu, ramadhan tahun ini jatuh pada pertengahan Juni s.d Juli. Jadi pasti sudah
terbayang kan, frekuensi panas yang seperti apa yang harus aku lalui selama
bulan puasa kali ini? (T_T) Berdasarkan aplikasi cuaca di handphone, beberapa
hari ini suhu menunjukan di angka 34°C, tapi kalau mengecek lagi info yang
tertera di bawahnya: feels like 36°C. Ohahaha... hanya bisa tertawa aja baca
ini, diikuti dengan kata “pantesan...” (-_-) tapi alhamdulillah ga sampai 40°C,
walaupun ga ngerti juga sih, hawa panas bulan Agustus nanti (yang biasanya
adalah puncak musim panas) bisa mecapai suhu berapa... Ketika di kamar, buka
jendela salah (karena percuma, angin yang tertiup pun sama-sama panas). Tapi
mau pakai AC juga salah (mikirin nasib biaya listrik). Yah haha, “nikmatin” aja
kali ya. Toh musim panas di sini biasanya “cuma” tiga bulan (-_-)a
Balik lagi ke ramadhan, jadi
aku harus menjalani puasa di tahun ini dengan kondisi cuaca yang seperti itu.
Lalu mengenai situasi kuliah... Sayangnya ketika itu aku sedang masa-masa
pengumpulan tugas dan ujian, jadi aku rasa tidak sedikit waktu yang harus aku
alihkan untuk menyelesaikan semua tugas-tugas dan persiapan belajar. Karena
faktor kesibukan itu jugalah, bulan puasa kali ini pun jadi terasa lebih cepat
berlalu... (T_T) Tiba-tiba kalender sudah menunjukkan tanggal 17 Juli, ya Idul
Fitri, ditambah tiga laporan yang belum diselesaikan. Di hari lebaran, sama seperti tahun lalu, Aku
dan sahabatku, Lia, pergi untuk shalat Ied ke SRIT (Sekolah Republik Indonesia
Tokyo). Selepas shalat Ied, ada acara ramah-tamah (baca: makan-makan gratis) yang
diadakan oleh kedubes Indo, lokasinya tidak jauh dari SRIT dan kantor kedubes,
sama seperti tahun lalu.
Suasana Idul Fitri di SRIT
Wajarlah anak rantau, kadang
suka sepi ketika tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga. Tapi
alhamdulillahnya, tahun ini agak berbeda dengan tahun lalu. Walaupun pada kenyataannya
kami terpisah berjuta-juta kilometer dari Indonesia, tapi di acara ramah-tamah
itu tidak bergitu terasa, bahkan kami merasa tidak sedang berada di Jepang
(haha). Karena, selain di sekitar hanya ada orang Indonesia, apalagi kalau
bukan satu hal ini: makanan. Tahun lalu, di acara ramah-tamah tersebut kami
mendapatkan makanan berupa bentou (makanan kotak)., tidak ada masakan khas
lebaran. Berbekal dari pengalaman itu, kami pun jadi tidak terlalu berharap untuk
tahun ini. Toh sudah bisa dapat makanan Indonesia secara gratis sudah
alhamdulillah banget. Taunya... Di luar dugaan! Masakan-masakan yang
dihidangkan tahun ini sangat-sangat melebihi ekspektasi! (lebay mode: on) Ada
lontong, kerecek, sayur nangka, telur balado, ayam goreng kuning, dan yang
paling mantep: kerupuk! Hahaha... Ups maaf alay. Rasanya sudah lamaaaa sekali tidak merasakan
masakan lebaran yang enak seperti itu. Kalau mau diusahakan mungkin bisa masak
sendiri, tapi... sayangnya rasa malas mengalahkan semua keinginan itu hehe.
Lalu yang paling membuat terasa sekali bahwa hari itu lebaran adalah, apa lagi
kalau bukan kue lebaran! Tahun lalu, beberapa hari setelah lebaran aku sempat
dikirimi beberapa kue lebaran oleh ibuku. Tapi sayangnya tidak sedikit yang
kondisinya sudah tidak layak makan (sampai ngeri sendiri kalau ingat-ingat lagi
wujudnya). Tapi tahun ini, salah satu sahabat (dan bisa dibilang senpai juga
mungkin?) yang seangkatan denganku, kak Rafa, datang membawa kue-kue lebaran. Ketika
itu keluarga kak Rafa sedang berkunjung ke Jepang, dan kami bertemu dengan
mereka di acara ramah-tamah. Rupanya kak Rafa datang ke sana membawa kue-kue lebaran yang dibawakan oleh orang tuanya. Jadi, setelah makan masakan
khas lebaran, kami bisa langsung menyicipi kue lebaran. Sungguh, kebahagian
hari raya... (ToT)
Setelah menghabiskan makanan,
aku dan Lia “mampir” sebentar ke Harajuku (*salah fokus). Di Harajuku, setelah lebih dari satu tahun
kami bermukim di negeri sakura, akhirnya kami bisa debut ke “Takeshita
Doori”, sebuah jalanan yang sangat sangat terkenal di Harajuku! Dulu ketika
awal-awal datang ke Jepang, kami pernah berencana untuk mengunjungi jalanan
ini, tapi belum kesampaian terus, akibat buta arah dan keterbatasan waktu
(-_-)a. Takeshita Doori adalah sebuah jalan dimana terdapat banyak toko-toko
baju, aksesoris, dll yang terkenal dengan fashion Jepangnya. Yang aneh-aneh itu
lho *ups. Tidak sedikit orang yang berdandan seperti tokoh anime (cosplay),
maid atau butler, dll. Pokoknya gaya-gaya khas Harujuku yang sering kita lihat
di media sosial dan buku-buku travel Jepang. Nah terus ini ngapain dua orang
berkerudung nyasar ke jalanan maniak kayak gini? Haha kita ga beli apa-apa kok,
ga ngapa-ngapain. Hanya jalan-jalan, mencari suasana baru hehe...
Sebenarnya seperti inilah salah satu cara kami menghilangkan penat dari
kehidupan sehari-hari. Mulai dari yang simple seperti muter-muter di
dalam supermarket alias window shopping (liat-liat doang, belum
tentu beli hehe), “mampir” ke toko kue atau cafe, karaoke, sampai menjejakkan
kaki ke tempat-tempat baru yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya ^^
Takeshita Doori
Naaaah... jadi intinya
seperti itulah kondisi bulan puasa dan lebaran yang aku lalui di sini kali ini.
Walau pun rasanya lebih banyak hal sampingannya dibandingkan cerita utamanya yang
aku tulis di sini, tapi semoga bermanfaat dan ke depannya bisa lebih fokus ya,
hehe... Bisa dibilang post kali ini adalah pemanasan setelah empat bulan vacuum
dari dunia penulisan (-_-)
Mungkin sekian dulu post-ku
kali ini. Insya Allah di post selanjutnya aku akan coba menulis mengenai topik
yang mungkin paling dinanti-nanti di kalangan pelajar Indonesia: “Gimana
rasanya kuliah di Jepang?”. Karena aku sudah mulai libur kuliah dan sudah
terbebas dari tugas, Insya Allah aku usahakan tulis tidak lama setelah post ini
di-publish, dan kalau bisa, aku akan coba tulis secara detail, baik mengenai
teman-teman orang Jepang, sampai mata pelajarannya.
Yosh, semangat ya bagi yang
masih kuliah atau ujian! Dan selamat menikmati liburan bagi yang sudah libur! Semoga
hari-harimu selalu menyenangkan ^^
Ganbarou! 頑張ろう!
Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Blue Sky